Menyisir Sejarah dan Dinamika Akulturasi Budaya di Pecinan Semarang

Para Penggiat budaya & masyarakat Serta Ketua Baznas

SEMARANG, RadarBangsa.co.id – Jejak sejarah yang melingkupi makam Kanjeng Slamet, seorang tokoh penting pada zamannya, kini nyaris hilang di tengah derasnya arus industrialisasi dan pertumbuhan populasi manusia. Dampak dari perkembangan teknologi modern yang sering kali mengabaikan nilai-nilai budaya, juga menjadi faktor utama penyebab redupnya warisan budaya masa lampau di negeri ini.

 

Bacaan Lainnya

Namun, untuk menghidupkan kembali nilai-nilai bersejarah itu, Penggiat Budaya Semarang yang akrab disapa Gus Tinoeng menggelar Sarasehan Kenduri Budaya di makam Kanjeng Slamet, yang berlokasi di Jalan Wotgandul Barat No. 30, Kranggan, Semarang Tengah. Acara ini diselenggarakan pada Jumat, 28 Juni 2024 malam, dan dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat, penggiat budaya, serta sejarah Semarang, beserta masyarakat sekitar yang sangat antusias menyambut kegiatan tersebut.

 

Kanjeng Slamet dikenal sebagai seorang Muslim yang memiliki kemampuan untuk berbaur dengan berbagai kalangan, mirip dengan Cheng Ho dan pengikutnya. Dia menjadi simbol integrasi sosial pada zamannya, terinspirasi oleh semangat perdamaian dalam misi dagang Laksamana Cheng Ho ke Semenanjung Jazirah Lautan di Semarang, sebelum terjadinya pendangkalan lautan. Meskipun Kanjeng Slamet tidak secara langsung terlibat dalam perjalanan Cheng Ho ke Pulau Jawa, namun kontribusinya terhadap kesatuan budaya dan sosial di kawasan Wotgandul dan Pecinan sangatlah signifikan.

 

Ketua Baznas Semarang, H. Arnaz Agung Andrarasmara, SE., MM, dalam kesempatan tersebut menyampaikan pentingnya untuk menjaga dan mengenang jejak sejarah seperti Kanjeng Slamet. “Jejak sejarah ini memberi kita pelajaran berharga tentang integrasi budaya dan pentingnya keberagaman dalam membangun masyarakat yang harmonis,” ujarnya.

 

“Kita perlu lebih memperhatikan dan melestarikan nilai-nilai budaya yang menjadi pilar keberagaman dan persatuan kita. Hal ini penting untuk memastikan bahwa warisan budaya masa lampau tetap hidup dan memberi inspirasi bagi generasi mendatang,” tambahnya.

 

Acara Sarasehan Kenduri Budaya ini diharapkan dapat menjadi momentum untuk lebih mendalami dan menghargai peran Kanjeng Slamet dalam sejarah Semarang. “ Dan ini sebagai panggilan untuk menjaga keberagaman budaya sebagai aset berharga bangsa,”tutupnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *