SIDOARJO, RadarBangsa.co.id – Beberapa hari lalu, Kecamatan Waru dan Taman di Kabupaten Sidoarjo dihebohkan dengan banjir yang disebabkan oleh meluapnya aliran Sungai Buntung. Ternyata, biang masalah dari meluapnya sungai tersebut adalah tumbuhan enceng gondok yang memenuhi aliran air sungai sepanjang 5 kilometer. Melihat kondisi yang mengkhawatirkan tersebut, tim gabungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Timur (Pemrov Jatim) dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo (Pemkab Sidoarjo) turun tangan membersihkanya.
Pada Kamis, 15 Februari, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Timur dibantu oleh BPBD Sidoarjo serta Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Sumber Daya Air (PUBM SDA) Sidoarjo dan Balai Besar Wilayah Sungai Brantas Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melakukan normalisasi sungai Buntung. Untuk tugas tersebut, satu unit excavator standar PC 200, satu unit excavator standar PC 75, serta satu unit perahu ponton dari PUBM SDA Sidoarjo dan empat unit dump truck dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo dikerahkan.
Bupati Sidoarjo, H. Ahmad Muhdlor S.IP, menyatakan bahwa normalisasi ini menjadi solusi pencegahan banjir di Kecamatan Waru dan Taman agar tidak terulang kembali. Pembersihan tumbuhan enceng gondok yang menutupi aliran Sungai Buntung menjadi prioritas, sehingga tidak ada lagi penyumbatan aliran air yang menjadi penyebab meluapnya air sungai ke rumah warga.
“Pembersihan sungai ini dilakukan sebagai bagian operasi tanggap darurat terhadap banjir yang terjadi di wilayah Waru dan Taman kemarin, proses penanganan pencegahan banjir ini akan terus dilakukan dan akan selesai dalam jangka waktu satu bulan,” ucapnya.
Menurut Gus Muhdlor, sudah sepanjang 1,4 kilometer aliran air Sungai Buntung yang telah dibersihkan dari enceng gondok. Tumbuhan itu telah diurai dan diangkat ke tepian sungai menggunakan excavator. Enceng gondok yang telah diangkat juga akan dihancurkan dengan propeller agar tidak kembali terbawa arus ke sungai.
“Dari total 5 kilometer aliran air yang tertutupi enceng gondok, sekitar 1,4 kilometer telah dibersihkan kemarin dengan menggunakan dua unit excavator,” ujarnya.
Kendala dalam normalisasi sungai Buntung adalah karena bantaran sungai tersebut telah menjadi pemukiman padat penduduk. Namun demikian, akses ke bantaran sungai masih dapat dilakukan dengan menyesuaikan ukuran alat berat.
“Sungai Buntung kini sudah menjadi pemukiman dan padat penduduk sehingga tidak banyak alat berat yang bisa mengakses bantaran sungai Buntung untuk menormalisasinya agar bersih dari sampah,” ucapnya.
Operasi normalisasi sungai tersebut melibatkan 50 orang dalam operasi gabungan tanggap darurat banjir. Dua unit excavator amphibi dan satu unit ponton dikerahkan untuk membersihkan enceng gondok di sungai Buntung. Normalisasi tersebut akan dilakukan secara bertahap.
“Personil kemarin cukup banyak sekitar 50 orang dan akan kita tambah, kemarin juga ada peralatan lain dan normalisasi ini kita lakukan secara bertahap karena ini baru sebagian kecil untuk dapat menembus berkilo-kilo enceng gondok yang menutupi sungai Buntung ini,” ujarnya.
Gus Muhdlor menegaskan pentingnya sinergi lintas sektor dalam menangani permasalahan seperti ini. Keterlibatan berbagai pihak dalam langkah mitigasi bencana sangat diperlukan, terutama dalam pencegahan banjir di puncak musim penghujan.
“Enceng gondok yang menutupi aliran sungai Buntung ini sudah terlalu banyak sehingga diperlukan operasi gabungan semacam ini, kerjasama yang kuat dalam penanggulan bencana seperti ini memang harus dilakukan oleh seluruh stakeholder,” ucapnya.