CIANJUR, RadarBangsa.co.id – Paket pekerjaan peningkatan jalan Bayuning – Cimaragang – Cibuluh, di Kecamatan Cidaun, dengan nilai kontrak sebesar Rp 43.649.497.364,43,- dan nomor kontrak 620/198/SP.Pemb.Jln/PUTR/2023, didanai melalui DAU (Dana Alokasi Umum) dari pinjaman daerah, dengan tahun anggaran 2023. Waktu pelaksanaan proyek ini adalah 305 hari kalender. Penyedia jasa adalah PT. KUALA BATEE INDONESIA, dan konsultan pengawasnya adalah PT. Kriyasa Abdi Nusantara.
Hari ini, Kamis (18/04/2024), yang juga merupakan H+4 lebaran 1445 Hijriyah, PT. KUALA BATEE INDONESIA kembali beroperasi untuk melanjutkan pekerjaan pengecoran jalan beton yang sempat terbengkalai karena libur lebaran beberapa hari.
Pihak pelaksana lapangan, Tistisna, membenarkan bahwa operasional kelanjutan pekerjaan pengecoran jalan beton oleh PT. KUALA BATEE INDONESIA adalah sesuai dengan rencana. Dia menyatakan,
“Kami dari PT. Kuala Bate Indonesia memulai kembali pekerjaan pada H+4 setelah libur lebaran, karena kami memang berhenti pada H-4,” ujarnya.
“Tetap bekerja setelah H+4 lebaran. Cuaca mendukung, meskipun dua hari sebelumnya hujan. Hari ini cuaca bagus, kami bisa mengejar target. Semoga dapat sesuai harapan,” tambahnya.
Dia juga menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung proyek peningkatan jalan Bayuning – Cimaragang – Cibuluh ini.
Selain itu, para tokoh masyarakat juga mengungkapkan kekhawatiran terkait potensi kelalaian dari pihak kontraktor terkait perbaikan jalan sebelumnya yang telah rusak karena dilalui kendaraan proyek pengangkut material. Kekhawatiran ini muncul karena waktu pelaksanaan proyek semakin mendesak, dengan batas akhir tanggal 30 April 2024. Tistisna menjelaskan bahwa masalah tersebut telah dibahas dalam rapat terbaru, dan kemungkinan akan dimasukkan sebagai “adendum”.
Dalam konteks terpisah, seorang anggota tim keamanan lapangan yang dikenal dengan panggilan Uloh mengungkapkan, Jika pada tanggal 25 atau paling lambat tanggal 28 April 2024 ini belum ada pembayaran, saya akan menyetop kembali semua pekerjaan. “Jujur saja, kami tidak tahu apa yang terjadi di manajemen mereka di atas sana,” terangnya.
“Manajemen PT. Kuala Batee Indonesia mengetahui bahwa saya menggunakan uang pribadi. Kesepakatan awal adalah saya tidak akan menerima gaji hingga proyek selesai, dengan bayaran Rp 6 juta per bulan. Sekarang sudah 10 bulan berjalan, namun belum ada pembayaran. Ini membuat saya merasa terbebani, terutama menjelang lebaran saat saya harus menutupi berbagai tanggung jawab terhadap pekerja dan armada pengangkut material. Saya benar-benar bingung dengan situasi ini,” ujar Uloh dengan raut wajah sedih, seraya menyatakan pertanyaannya atas keadaan yang terjadi di manajemen tersebut.