KEDIRI, RadarBangsa.co.id – Kegiatan Pameran dan Sarasehan Keris yang diselenggarakan oleh Paguyuban Panji Jayabaya dan Pecinta Keris Mageti Kediri, Minggu, 27 Maret 2022, dihadiri oleh Anggota DPRD Kabupaten Kediri, Khusnul Arif, S.Sos, Ketua DK4 (Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri), Gus Imam Mubarok, serta Empu Aji Guno Anom.
Kegiatan tersebut dilaksanakan di Sanggar Satriya Buwana Jaya, Perum Sukorejo Indah Blok L4 RT. 04 RW. 09, Desa Sukorejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, dan mendapat sambutan antusias bukan hanya dari para pecinta keris saja, tetapi juga mendapatkan dukungan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri.
Anggota Komisi IV DPRD Kabupaten Kediri, Khusnul Arif, S.Sos seusai membukan pameran dengan pecut dan Tarian Ganongan dikonfirmasi mengatakan, kegiatan pameran dan sarasehan keris ini merupakan rangkaian dari program Pokir (Pokok-Pokok Pikiran) tahun 2022 yang difokuskan untuk nguri uri seni dan budaya.
“Sebelumnya juga ada kegiatan seni dan budaya, seperti Jaranan, Wayang Kulit, dan hari ini kita melaksanakan pameran dan sarasehan keris. Rencananya pameran keris serupa juga akan dilaksanakan lagi setelah Hari Raya Idul Fitri mendatang,” katanya.
Menurut anggota dewan dari Fraksi Partai NasDem yang akrab disapa Mas Pipin, keris itu merupakan warisan budaya leluhur yang patut untuk dijaga dan dilestarikan, supaya generasi muda tidak sampai salah tafsir.
“Tadi disampaikan oleh Gus Barok, bahwa ada yang mungkin berfikir keris ini adalah mistis, atau musrik dan lain sebagainya. Filosofi keris tadi sudah disampaikan panjang lebar. Harapan kami tentunya generasi muda kemudian bisa mencintai dan nguri uri warisan leluhur, termasuk salah satunya adalah keris,” tutur Mas Pipin.
Sementara itu, Ketua DK4, yang juga Ketua Paguyuban Tosan Aji, Gus Imam Mubarok dikonfirmasi mengatakan, kalau ingin belajar mengenai keris jangan sampai kepada dukun supaya tidak salah faham, tetapi kepada empu.
“Unesco mengakui sebagai warisan dunia adalah keris merupakan warisan non benda. Jadi artinya, makna filosofi keris itu penting. Jadi kalau hanya belajar ke dukun itu, mohon maaf, malah menyalahi dari keris sendiri. Karena keris berawal dari falsafah dan berakhir dengan kepasrahan. Sedangkan pamor itu bahasa empu. Empulah yang tahu. Jadi kalau belajar keris jangan ke dukun, tapi ke empu,” katanya.
Menurut Gus Barok, pesan-pesan yang tersampaikan dalam keris itu akan memberikan pegangan dalam kehidupan. Beliau juga mencontohkan, keris luk tiga, Jangkung, adalah keris untuk pengharapan atau cita-cita.
“Ada lagi Keris Jangkung Segoro (Laut) Winotan (Jembatan), bagaimana kita menjangkau harapan kita seperti halnya membangun jembatan di atas laut, itu suatu keniscayaan tetapi buktinya bisa dilakukan,” ulasnya.
Gus Barok juga memberikan contoh ketika Hanoman menyelamatkan Dewi Sinta, dia juga membangun jembatan di atas laut. Begitu juga ketika pemerintahan Megawati dan SBY membangun Jembatan Suramadu, ternyata juga bisa diwujudkan.
“Jarang sekali ada dukun yang mengajarkan tentang filosofi itu, kecuali tentang kleniknya. Tetapi itu urusan pribadi mereka. Yang jelas, bahwa keris itu dibuat bukan untuk klenik-klenikan, tetapi makna filosofi yang lebih jelas,” urainya.
Sedangkan Empu Aji Guno Anom menjelaskan, Keris Mageti itu merupakan produk keris dari wilayah Magetan, sehingga disebut Mageti. Menurut penerus ke-17 dari Empu Guno atau Mageti I yang membuat keris milik Pangeran Diponegoro ini, keistimewaan Keris Mageti setelah era itu mengarah kepada pusaka untuk pikukuh ajaran, tetapi tetap berbudaya dan nguri uri budaya leluhur.
“Kalau pemerintah mau dan selalu mendukung, kita perang dengan budaya luar. Budaya itu asyik, enak dan indah, insya Alloh generasi muda pasti suka, karena bahasa tresno jalaran saka kulina (cinta disebabkan kebiasaan, red),” empu yang memiliki nama asli Muhammad Teguh Budi Santoso ini.