LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umum masyarakat desa, Undang-Undang Desa (UU Desa) mengamanatkan agar setiap Desa mempunyai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). UU Desa juga mempersilahkan Pemerintah Desa melakukan studi banding ke luar daerah.
Hal itulah yang ditempuh 7 BUMDes dari Kecamatan Karanganyar-Ngawi bersama unsur-unsur terkait, melakukan kunjungan bertajuk studi banding ke Desa Laren-Lamongan.
Terkait tujuan utama keberangkatan, kepada wartawan Radarbangsa, Firman Adi selaku anggota Tim Pelaksana Inovasi Desa.
“Kita merasa perlu belajar dari BUMDes Laren terkait inovasi pengelolaan air, untuk memenuhi kebutuhan warga serta hal lain. Terutama teknologi yang digunakan untuk mengatur distribusinya. ” ungkapnya pada selasa (23/12).
Firman juga menambahkan, bahwa untuk memastikan ketersediaan air, BUMDes Karanganyar masih mengandalkan sumber air dalam “Meski airnya bersih, namun Bila cadangan air di satu sumber menyusut. Kami mau tidak mau harus mencari sumber baru. Menggunakan teknologi geolistrik”
Geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang bertujuan mengetahui sifat-sifat kelistrikan lapisan batuan dibawah permukaan tanah dengan cara menginjeksikan arus listrik ke dalam tanah. Hal ini dilakukan mengingat keberadaan air tanah sangat spesifik dan tidak merata, tergantung keadaan lapisan pembawa air.
“Sebenarnya pakai dukun juga bisa Mas, tapi kalau pakai geolistrik keberhasilannya bisa mencapai 80 persen.. hahahaha” ucapnya asi setengah bercanda.
Secara garis besar Ngawi terbagi atas dua wilayah: Utara dan selatan Bengawan solo. Masyarakat Selatan Bengawan solo, relatif lebih mudah mendapat air. Sebaliknya masyarakat di utara sungai terpanjang di pulau Jawa itu, sangat mengandalkan keberadaan sumber air dalam .Karanganyar termasuk salah satu wilayah tersebut
“BUMDes Laren sudah terkenal di Jawa Timur. Sebab itu Kami ingin mengetahui langsung langkah-langkah BUMDes Laren memanfaatkan sebaik mungkin ketersediaan air, apalagi ini air bengawan Mas. Tidak banyak loh desa yang bisa. Kalau kita semakin sering melakukan pengeboran, lambat laun akan mengurangi pasokan air dalam tanah. ” sambung Totok Riyanto, seorang peserta studi banding.
Senyampang dengan itu, di ruang pertemuan Rumah Makan Terminal Bakso Laren. Suyudi, kepala desa menyampaikan “Tentu kami senang dan banggamendapat kepercayaan dari desa lain. Namanya studi banding, bukan berarti kami sebagai tuan rumah merasa lebih banyak tahu ketimbang tamu.
Melalui forum semacam ini Kami bisa bertukar pengalaman dan pengetahuan. Terutama cara pengelolaan air bersih yang dilakukan oleh teman-teman dari daerah lain. Studi banding ini Kami anggap ini sebagai ajang silaturahmi”
BUMDes Laren setidaknya sudah tiga kali mendapat kunjungan studi banding. Suyudi merinci
“Kunjungan studi banding lertama dari Desa Labuhan-Brondong-Lamongan, kedua dari Lumajang, terakhir ini dari Kecamatan Karanganyar-Ngawi. Alhamdulillah kita masih dipercaya. Kepercayaan yang diberikan ini, saya anggap sebagai modal semangat untuk berinovasi” ucap Suyudi.
Berdasarkan pantauan Radarbangsa, sebelum kegiatan berakhir, peserta studi banding yang terdiri dari Pengurus Bumdes 7 desa di Kecamatan karang anyar, TPID, perangkat desa, Tenaga Ahli. Bersama perangkat desa Laren meninjau lokasi Water and Sanitation for Low Income Communities (WSLIC) . Salah satu program yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia bekerjasama yang dengan Bank Dunia. Di desa Laren program ini tahun berlangsung sejak 2007 dan terus dikembangkan hingga tahun ini.
Saat ini, pemerintah Desa Laren memiliki dua kolam penampung sekaligus penyaringan air yang berdiri tidak jauh dari tepi Bengawan solo. Setelah air dari Bengawan solo dipompa ke kolam yang dirancang khusu. Kemudian dialirkan naik ke sebuah tandon yang dibangun dari pelaksanaan program WSLIC. Air yang tersimpan di tandon itulah yang disalurkan untuk memenuhi kebutuhan warga Desa Laren.
Mashur, salah satu narasumber menuturkan.
“Bahwa selama 5 tahun terakhir, BUMDes Laren sudah menggunakan media catat meter air cukup dari aplikasi HP berbasis android. Petugas hanya perlu melakukan scanning barcode yang tertera di tiap meteran air rumah warga untuk memastikan besaran air yang digunakan serta biaya yang dikeluarkan ” tuturnya
Pemerintahan Desa Laren telah membuktikan, bahwa dengan kehadiran kemajuan teknologi informasi telah berhasil membenahi managemen dan distribusi air bersih dengan cara yang lebih baik dan tepat guna. Proses pengolahan yang dilakukan secara konsisten dan terus diperbarui ini membawa dampak baik.
“Selain menambah kas desa. Pengelolaan air bersih secara tepat dan terpadu juga membuktikan bahwa masyarakat desa kecil seperti laren memiliki kemandirian” pungkas lelaki yang juga ketua PC Ansor Lamongan itu. (JK)