SIDOARJO, RadarBangsa.co.id – Tidak sedikit yang menganggap bahwa Limbah plastik merupakan ancaman nyata bagi lingkungan. Sebab selain membutuhkan waktu mencapai puluhan hingga ratusan tahun untuk bisa terurai secara alami.
Bahaya lebih buruk bila limbah plastik itu dikonsumsi oleh ikan yang pada gilirannya akan dikonsumsi manusia juga. Pemusnahan secara instan limbah plastik dengan cara dibakar sudah barang tentu bakal merusak kualitas kebersihan udara. Lalu, adakah cara terbaik menangani limbah plastik yang keberadaannya dianggap sebagai ancaman tersebut?.
Persoalan serta pengolahan limbah plastik ini ternyata menjadi perhatian utama Syaikhul Islam Ali. Salah satu anggota DPR RI komisi VII dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa ini, dalam masa penyerapan aspirasi masyarakat atau masa Reses 1 2019, berkomitmen mengarusutamakan penanganan yang efektif dan solutif terhadap menumpuknya limbah plastik bersama masyarakat di Dapil 1 Jawa Timur (Surabaya-Sidoarjo)
Kepada wartawan Radarbangsa, Syaikhul Islam mengatakan
“Masyarakat harus merubah mindset bahwa limbah plastik bisa bisa bernilai ekonomis. Bisa diolah dengan cara lebih baik, melalui Bumdes Pengelolaan Sampah. Dan saya percaya. Kegiatan ini menjadi salah satu daya tarik tersendiri sebagai unit usaha BUMDES” ujar Syaikhul
Memang tidak mudah mengelola limbah plastik ini. Selain tidak mungkin dilakukan sendirian tanpa adanya partisipasi warga. Pengetahuan terkait sisi lain limbah plastik juga minim.
“Masyarakat harus diberi pengetahuan seluas-luasnya terkait limbah plastik. Sebagian besar orang masih menganggap limbah plastik sebagai sampah umumnya. Mengganggu dan tidak begitu berguna. Kalaupun bisa dimanfaatkan, hanya beberapa saja. Ternyata kemajuan teknologi bisa menciptakan nilai lebih terhadap limbah plastik. Hal itulah yang saya rasa belum banyak diketahui. Selanjutnya, bagaimana bisa mengatur agar limbah plastik bisa bermanfaat bagi masyarakat” ujar Anggota Komisi Energi, Riset dan Teknologi serta Lingkungan Hidup tersebut .
Sementara Billy Ariez yang menjadi salah satu pemateri, dari Climat Institute menyampaikan bahwa saat ini setelah Tiongkok menutup pintu terhadap sampah plastik impor, Asia Tenggara menjadi daerah tujuan baru ekspor sampah plastik untuk negara maju.
“Pada tahun 2018, volume sampah plastik yang dikirim ke Indonesia meningkat dua kali lipat menjadi 320.000 ton dibandingkan tahun 2017. Menurut data UN Comtrade,
Lima negara besar top eksporter sampah plastik ke Indonesia pada tahun 2018 adalah Australia, Jerman, Marshall Islands, Belanda, dan AS.”
Laporan Bank Dunia mencatat bahwa secara virtual tidak ada upaya penegakan hukum dalam pengelolaan sampah di Indonesia dan daur-ulang secara umum dilakukan oleh sektor informal (15% dari total sampah) sementara itu sistem daur ulang formal hanya menyerap 5% dari total timbulan sampah. Perlu dicatat bahwa Indonesia setiap tahun menghasilkan timbulan sampah 9 juta ton sampah plastik atau sekitar 15% dari timbunan sampah nasional.
Selama periode April-September 2019, saja, KLHK telah memeriksa total 882 kontainer berisi skrip plastik dan skarp kertas. Dari 882 kontainer itu, sebanyak 428 kontainer ditemukan skarp plastik tercampur sampah atau limba B3 sehingga harus di reekspor.
Sembilan perusahaan produksi dan daur ulang kertas di Jawa Timur menggunakan 4 juta ton kertas skrap per tahun sebagai bahan baku untuk membuat lembaran kertas baru untuk majalah, surat kabar, dll. Sekitar 63% dari kertas skrap yang digunakan berasal dari sumber lokal dan sekitar 37% diimpor (1,5 juta ton).
Sebelumnya, bahan baku kertas yang diimpor mengandung ~2% – 10% plastik skrap. Namun demikian, tiga tahun terakhir, porsi skrap plastik dalam bal kertas yang diimpor meningkat tajam sampai 60% -70%, menunjukkan bahwa skrap kertas banyak digunakan sebagai pintu masuk untuk membuang sampah plastik.
“Saatnya kita optimalkan Bumdes untuk mengelola sampah sekaligus menggerakkan circular economy” pungkasnya
Pelatihan pengolahan limbah selanjutnya akan dilaksanakan di balai pertemuan desa Karangbong-Gedangan-Sidoarjo dimulai sejak pukul 09.30 -14.00 WIB, diikuti desa seluruh desa di kecamatan Gedangan -Sidoarjo. Terselenggaranya acara ini di dukung oleh Climate Institute. Gerakan #Desahijau dan Yayasan IDENU.