JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Pemerintah saat ini sedang gencar gencarnya melakukan pembangunan maupun revitalisasi infrastruktur yang ada di daerah maupun di Ibu Kota, seperti pidato yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada pelantikan presiden 2019-2024, ia mengatakan”Pembangunan infrastruktur akan kita lanjutkan. Infrastruktur yang menghubungkan kawasan produksi dengan kawasan distribusi, yang mempermudah akses ke kawasan wisata, yang mendongkrak lapangan kerja baru, yang mengakselerasi nilai tambah perekonomian rakyat,”tutur Joko Widodo.
Jakarta saat ini memiliki penduduk sekitar 10,46 juta jiwa dan memiliki permasalahan yang hingga kini tidak mencapai titik temu, yaitu kemacetan. Saat ini Jakarta menduduki posisi ke-7 sebagai kota dengan tingkat kemacetan yang tertinggi di dunia. Bukan hanya Jakarta kota-kota besar yang ada di Indonesia seperti Surabaya , Bandung dan Yogyakarta masuk ke dalam 100 kota termacet di dunia, Jakarta menempati urutan 1 kota dengan kemacetan tertinggi di Indonesia.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik, ada sekitar 20 juta kendaraan yang berlalu-lalang setiap harinya di kota. Kemacetan yang terjadi di Jakarta saat ini disebabkan oleh rendahnya daya tampung jalan seiring bertambahnya jumlah kendaraan mobil, motor di Ibu Kota dan juga karena membanjirnya angkutan umum di luar akal sehat ketika ribuan jenis kendaraan angkutan kota ditambah dengan adanya bajaj, metromini, kopaja, ojek, mikrolet, bus antar kota provinsi dan pedagang kaki lima yang tumpah ke jalanan sehingga diharuskan masuk ke suatu tempat yang bernama terminal.
Kemacetan yang terjadi di Ibu kota memberikan tanda bahwa adanya ketidaksiapan tata kelola kota dalam mengantisipasi terjadinya kebutuhan mobilisasi barang ataupun orang yang tumbuh dengan cepat seiring dengan meningkatnya arus urbanisasi dikota Jakarta dan tidak matangnya perencanaan manajemen transportasi kota yang tidak seimbang antara mobil pribadi dengan angkutan Mobilitas perekonomian nasional sangat bertumpu pada ketersedian dan kehandalan dari infrastruktur transportasi jalan, karena infrastruktur jalan memengaruhi lancar atau tidaknya perjalanan barang atau orang dalam mobilisasi dari satu tempat menuju ke tempat lain. Oleh karena itu, konstruksi bangunan jalan raya, khususnya jalur pergerakan vital ekonomi harus dipertahankan dan dirawat agar berada pada dalam kondisi stabil dan kuat dalam menahan beban lalu lintas serta berfungsi menjaga keselamatan penggunananya.
Banyaknya mobilisasi massal yang terjadi di Jabodetabek menyebabkan padatnya kendaraan pribadi di jalan tol dan ramainya pengguna angkutan umum yang menyebabkan banyak warga yang merasa hempit – hempitan saat menggunakan transportasi umum bahkan banyak yang sampai tetap memaksakan hingga sering terjadi sesak nafas didalam kereta KRL.
Dikarenakan sebab-sebab berikut maka pemerintahan Jokowi membuat perencanaan untuk meningkatkan infrastruktur pada bagian transportasi di Jakarta untuk memenuhi kebutuhan mobilisasi massal di Jabodetabek. Munculnya banyak perubahan seperti adanya tambahan kereta KRL baru, bahkan adanya kereta dibawah tanah seperti MRT, dan sedang dalam proses pembuatan LRT.
Selain itu, perluasan jalan tol juga dilakukan untuk mengatasi kemacetan.Kemarin, pada tanggal 12 Desember 2019 Presiden Joko Widodo meresmikan jalan layang terpanjang se Indonesia sepanjang 38 km yang mengubungkan antara cikunir sampai dengan Karawang barat, yang dinamakan Jalan Tol Jakarta-Cikampek II Elevated.
Dengan adanya layang tol ini diharapkan dapat menguatkan ekonomi Jawa Barat khusunya antara Bekasi dengan Karawang dan juga diharapkan dapat menuntaskan kemacetan yang sering terjadi ketika jam pulang-berangkat kantor dan juga pada saat mudik lebaran, natal & tahun baru.(Rf)