Praktisi Spiritual Lamongan, Sesalkan Pemugaran Cungkup AndongSari Diserahkan bukan pada Ahlinya

Harun Setiawan ketua Laksus Gajah Mada Jatim praktisi spiritual yang tinggal di Surabaya (IST)

LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Praktisi Spiritual Lamongan Harun Setiawan menyesalkan pemugaran cungkup atau atap yang menaungi makam Dewi Andongsari diserahkan kepada orang yang bukan ahlinya.

Ia menyatakan, makam Dewi Andongsari dipercaya merupakan makamĀ ibu Gajah Mada. Namun pemugaran situs ibunda Patih Gajah Mada tersebut, saat ini masih menuai pro dan kontra dari sebagian praktisi spiritual yang ada di Lamongan.

Bacaan Lainnya

Pasalnya, kata dia, pemugaran situs yang terletak di dataran tinggi yang ada di Dusun Cancing Desa Sendangrejo, Kecamatan Ngimbang, Kabupaten Lamongan tersebut, dianggap telah keluar dari prinsip “meruwat dan merawat” situs itu sendiri.

Bahkan, menurut dia, sangat berpotensi menghilangkan “kesakrakalan” dan nilai orsinalitas sejarah.

“Kalau mau merawat cungkup makam, seharusnya tidak boleh ada pembongkaran karena ketika terjadi pembongkaran cungkup, maka sebagai konsekwensinya nilai keaslian cungkup itu sendiri akan hilang,” ujarnya, Kamis (14/4).

Menurutnya, pemugaran situs bersejarah yang berada di Bukit Gunung Ratu tersebut, semestinya diserahkan pada ahlinya. Dan jika diserahkan pada orang yang bukan ahlinya, maka tunggulah kehancurannya.

Ia meyakini, bisa jadi amblesnya jembatan Ngaglik di Jalur Nasional Lamongan – Babat itu erat kaitannya dengan pemugaran dan pemotongan dua pohon besar yang ada di area makam Dewi Andongsari.

“Dipotongnya dua pohon besar yang ada di area makam Dewi Andongsari. Itu menunjukkan ketidakmengertian sang pengelola dan tidak pahamnya akan nilai sejarah,” ucapnya.

Iwan menuturkan, beberapa praktisi spiritual di Lamongan juga telah menyebutkan, dua pohon besar itu diyakini sebagai penjaga simbolik yakni berupa Macan dan Ular.

“Selain sebagai penjaga pohon tersebut, disitu juga tempat berteduhnya sang Ibunda Gajah Mada. Percaya tidak percaya, sejak dibugar dan dipotongnya dua pohon besar tersebut, wajah Lamongan tampak kelihatan suram,” terang dia.

Ia menambahkan, sebaiknya pihak Pemkab Lamongan tidak sembarangan menunjuk orang untuk meruwat dan merawat situs bersejarah yang merupakan ibunda dari Patih Gajah Mada tersebut

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *