JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Ekonom senior Rizal Ramli mempertanyakan kenapa reputasi netizen Indonesia terburuk, terkasar, suka membully di media sosial, padahal orang Indonesia terkenal sangat ramah dalam dunia nyata? Apakah benar karena mobilisasi masif BuzzeRP yang dibayar untuk hancurkan pikiran-pikiran kritis?
“Coba perhatikan komentar-komentar cetek, kasar, jorok dan bullying dari rombongan BuzzeRP kepada tokoh-tokoh kritis. Merekalah perusak budaya berbayar. Kawan-kawan ahli bahasa, tolong compile & analisa,” tanya Rizal Ramli dalam akun Twitternya @RizalRamli yang dilihat Harian Terbit, Minggu (30/1/2022).
Pengamat politik dari Political and Public Policy Studies (P3S) Jerry Massie mengatakan, netizen Indonesia yang kasar, cetek dan otak dodol maka akan menggambarkan intensitas bangsa. Saat ini perilaku netizen Indonesia memang sangat menjijikkan, narasinya tak beradab. Oleh karena itu perlu disuspended para netizen yang kerap menghina bahkan membullying seseorang.
“Tokoh nasional yang visioner sekelas Rizal Ramli juga menjadi bulan-bulanan para haters netizen,” jelasnya kepada Harian Terbit.
Jerry pun menilai adanya netizen berbayar atau buzzeRp yang semakin marak belakangan ini menjadi tanggung jawab Menteri Kominfo Johnny G Plate. Oleh karena itu Kominfo dibawah kendali Johnny G Plate telah gagal dalam tugasnya mengatur media sosial.
“Saya kira Menteri Kominfo gagal total, bisa kok ditangguhkan para netizen yang kerjaanya membunuh karakter seseorang,” paparnya.
Jerry pun bertanya hingga saat ini kelompok BuzzeRp dibiarkan aparat menjelajah di dunia maya melakukan hal-hal yang buruk dan merusak citra Indonesia. Padahal mereka telah dilaporkan ke polisi tapi proses hukumnya mentok. Tapi jika yang dilaporkan bukan kelompok BuzzeRp maka proses hukumnya cepat sekal, bahkan ada yang sudah penjarakan.
“Dalam hal ini Kominfo telah gagal membendung kelompok BuzzeRp dan juga para hate speech. Harusnya Kominfo punya alat sensor dan juga bisa menutup medsos jika memungkinkan,” tegasnya.
Kritik Pemerintah
Sementara itu, pegiat media sosial (medsos) Darmansyah menilai reputasi netizen Indonesia tidak semua buruk, kasar, suka membully dalam menggunakan media sosial. Memang ada yang suka berkata kasar dan membully, tetapi tidak semua netizen berkelakuan seperti itu. Biasanya netizen yang suka berkata kasar dan membully lantaran lebih dulu dikasari dan dibully oleh netizen lainnya.
“Misal seperti netizen berbayar alias BuzzeRp tidak suka melihat seseorang seperti Rizal Ramli yang kritis mengkritik pemerintah, lalu netizen tersebut mengkasari dan membully Rizal Ramli dan netizen pendukungnya,” ujar Darmansyah kepada Harian Terbit, Minggu (30/1/2022).
Darmansyah pun menegaskan, pada dasarnya netizen Indonesia ramah-ramah, baik secara dunia nyata maupun dunia maya. Sehingga adanya netizen yang kasar dan buruk itu hanya segelintir oknum yang memanfaatkan pengaruh dari media sosial. Apalagi jika memang oknum tersebut mencari nafkah dengan memanfaatkan media sosial untuk mendukung seseorang dengan citra yang baik.
Jadi pihak yang harus bertanggung jawab atas penilaian buruknya netizen Indonesia khusus nya buzzeRp adalah pihak yang membayarnya atau pihak yang didukungnya. Oleh karena itu Darmansyah mengaku tidak bosan – bosan meminta kepada Kominfo untuk mentakedown akun – akun buzzeRp tersebut. Sehingga tidak ada perang antar netizen di Indonesia.
“Saya sudah pernah menyampaikan untuk membubarkan BuzzeRp. Sebab keberadaan mereka yang suka berkata kasar dan membully itu, hanya akan memperburuk citra pemerintahan Jokowi,” tandasnya.
Artikel di atas sudah tayang di harianterbit.com; Dengan Judul : Hancurkan Pikiran-Pikiran Kritis, Netizen Indonesia Disebut Terburuk dan Terkasar