Sebuah Ironi : Mengungkap Sisi Lain Politik dalam Berkemahasiswaan

- Redaksi

Senin, 9 Maret 2020

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Wanda Ilham Ramadhan

Wanda Ilham Ramadhan

Oleh : Wanda Ilham Ramadhan

Kampus merupakan tempat mahasiswa untukmengekspresikan semua kehendaknya dalam bentuk pemikiran, aksi, dan karya. Kampus menjadi sarana mahasiswa untuk melakukan segala bentuk kegiatan mulai dari yang paling berfaedah sampai yang paling mubazir. Mahasiswa selalu memiliki intuisi yang tinggi untuk mengembangkan diri dan aktualisasi diri.

Mengingat umur remaja dan dewasa awal merupakan fase penting untuk membentuk sebuah pola pikir, banyak sekali mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan di dalam kampus maupun luar kampus. Semua itu dilakukan oleh mahasiswa untuk menemukan jati dirinya dan kerangka berpikir yang matang untuk menghadapi tantangan pasca kampus.

Awal masuk kampus merupakan fase awal mahasiswa berada dalam lingkungan yang baru di mana mereka mengindikasikan lingkungan yang berbeda dengan sebelumnya yaitu fase sekolah. Di fase awal, mahasiswa dikenalkan pergaulan yang sangat heterogen, mulai dari yang sangat nakal hingga yang sangat alim.

Mahasiswa yang belum siap akan perubahan iklim pergaulan yang seperti itu akan cenderung mudah terpengaruh oleh arus pergaulan yang dominan. Umumnya, mahasiswa akan membuat segmentasi sendiri. Hal ini dilakukan karena mereka merasa memiliki persamaan dalam pemikiran atau hobi sehingga mereka sepakat untuk membentuk segmentasi atau kelompok bermain tersendiri.

Di fase awal ini pula, mahasiswa mengikuti kaderisasi akbar tingkat kampus dan disajikan pengenalan mengenai budaya kampus secara umum. Mereka mulai mengenal organisasi-organisasi yang tersebar di penjuru kampus, mulai dari himpunan, Badan Eksekutif Mahasiswa, Unit Kegiatan Mahasiswa, Badan Perwakilan Mahasiswa, atau organisasi lainnya.

Baca Juga  Lockdown Gigi Lu Peang !

Di fase ini mereka memutuskan untuk memilih salah satu organisasi atau bahkan mencoba semuanya untuk mengetahui organisasi mana yang cocok untuk mereka. Jika kurang merasa cocok, mahasiswa tersebut akan memutuskan untuk keluar dengan cara yang santun hingga cara yang paling ekstrem, yaitu menghilang tanpa sebab.

Bagi mahasiswa yang aktif, mereka akan gencar berkontribusi untuk organisasi tersebut dan bahkan belajar banyak hal, mulai dari berorganisasi sampai berpolitik. Dalam kehidupan berkemahasiswaan, baik secara sadar maupun tidak sadar, mahasiswa belajar tentang bagaimana roda organisasi mereka dipengaruhi oleh politik.

Menurut Rod Hague, politik adalah kegiatan yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusan-keputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya. Dalam cakupan individu, politik merupakan kegiatan yang dilakukan oleh suatu individu untuk memenuhi kepentingannya.

Di dalam dunia mahasiswa, dunia politik ini mulai ditampilkan. Contohnya ketika Anda mengadakan sebuah acara dan Anda kesulitan mendapatkan tempat untuk acara Anda, Anda berusaha untuk melakukan lobbying ke lembaga terkait agar memberi izin. Contoh lain adalah ketika Anda kekurangan dana untuk membayar kuliah, Anda melakukan advokasi ke pihak rektorat untuk menangguhkan pembayaran kuliah dan Anda berhasil melakukannya.

Atau ketika Anda berada di sebuah organisasi dan hendak maju menjadi ketua organisasi tersebut, Anda wajib untuk memiliki pengaruh dan basis massa, baik itu dari lingkungan terdekat Anda ataupun di luar lingkungan Anda. Untuk menang menjadi ketua, Anda harus bisa memberikan konsep yang cemerlang bagi kemajuan organisasi Anda sekaligus ilmu “memengaruhi orang lain” yang baik agar orang-orang mengikuti kemauan Anda.

Baca Juga  Big Data Pangan Nasional, Solusi Menuju Kedaulatan Pangan NKRI ?

Ketika Anda sudah memiliki pengaruh, orang akan dengan militan mengikuti segala kemauan Anda. Sebenarnya banyak sekali contohnya, namun tidak sampai hati saya paparkan semuanya di sini.

Di dalam dunia kemahasiswaan, politik menjadi hal yang lumrah dan sangat normal, namun masih banyak pula mahasiswa yang menggandeng embel-embel “antipolitik” atau embel-embel lain yang intinya berisi ketidaksukaan mereka terhadap politik. Padahal, dalam kesehariaannya mereka juga berpolitik. Contohnya ketika mereka diperintah oleh dosen untuk kerja kelompok.

Mahasiswa yang ber-IPK tinggi akan cenderung berkonsolidasi dengan kawannya yang ber-IPK tinggi pula supaya mereka mendapatkan nilai yang bagus. Parahnya, mereka enggan untuk berkonsolidasi dengan yang ber-IPK biasa-biasa saja. Akhirnya, segmentasi tersebut menjadi rahasia umum. Bukan menjadi sebuah kesalahan memang, tetapi yang menjadi ironi adalah ketika mereka dimintai pendapat tentang permasalahan politik, mereka seakan-akan anti terhadap politik dan men-judge tindakan politik adalah hal yang buruk.

Politik itu tidak buruk, politik hanya merupakan sebuah alat yang digunakan untuk memenuhi kepentingan saja. Mahasiswa selama ini hanya memandang politik dari yang sudah terjadi di sistem pemerintahan kita saja tanpa meninjau langsung definisi politik yang sebenarnya. Dapatnya, pendidikan kewarganegaraan yang diajarkan di sekolah-sekolah belum menuai hasil yang memuaskan karena hingga saat ini banyak mahasiswa yang masih berpikir bahwa politik itu hanya omong kosong, politik itu hanya jalan untuk mendapatkan uang  banyak, politik itu hanya untuk mencapai kekuasaan, atau pengertian lain yang membiaskan esensi dari pengertian politik itu sendiri.

Baca Juga  7 Pernyataan Sikap DPP LPKAN Indonesia Tolak 500 TKA China ke Sultra di Era Pandemi

Kita sebagai mahasiswa harusnya berpikir kritis dan mampu menjawab semua “why” yang ada di dalam pemikiran kita, termasuk masalah politik ini. Kita tahu bahwa banyak sekali berita tidak sedap tentang pejabat yang korupsi berjamaah dan banyak terpublikasikan di dunia massa. Namun, bukan berarti dengan adanya berita seperti itu, kita langsung bisa mendiskreditkan pengertian politik itu sendiri.

Sebagai mahasiswa yang kritis, kita harus mampu mendefinisikan masalah dan paham alur permasalahannya, bahkan hingga ke solusinya karena sejatinya pemikiran mahasiswa itu didukung oleh kebenaran-kebenaran ilmiah. Bayangkan kehidupan kita tanpa berpolitik. Kebutuhan kita tidak tidak terpenuhi, timbul pertengkaran, bahkan ditipu oleh orang lain.

Di dalam kegiatan berpolitik terdapat etika berpolitik. Oknum-oknum politik adalah mereka yang tidak menerapkan etika tersebut di dalam kegiatan berpolitik mereka dan itu banyak sekali di masyarakat kita sehingga banyak pula yang berpendapat bahwa politik itu kejam.

Dari sini, harus timbul sebuah penyadaran bahwa politik kita hanya sebuah alat untuk memenuhi kepentingan kita dan itu bergantung kepada siapa dan apa tujuan dari penggunaan politik itu karena sejatinya, semakin kita bersih dalam berpolitik, semakin kecil peluang untuk merugikan orang lain.

*Penulis adalah Mahasiswa Fisip Ilmu Komunikasi 2016, Anggota Biasa HMI Cabang Ponorogo Komisariat Fitrah.

Berita Terkait

Pelanggaran Masif & Berlanjut
ASN Terlibat Mendukung Paslon Bisa Disanksi
Wujudkan Persatuan Melalui Olahraga Ditengah Perbedaan dalam Pilkada
Jejak Kironggo Seorang Tokoh Adat dan Prajurit Ulung Legendaris Sejarah Bondowoso
Menjelang Pilkada 2024 : Strategi Pemain Lama dan Baru dalam Politik
Menilik Unsur Pidana Ketua KPU yang Dipecat Menurut UU TPKS, ‘Kau yang Berjanji, Kau yang Mengingkari’
Efek Samping Konsumsi Daging Berlebihan, Risiko Dehidrasi dan Kesehatan Tubuh
Menjelang Pilkada, Waspadai Oknum di Lamongan yang Bermain di Medsos
Tag :

Berita Terkait

Minggu, 22 September 2024 - 22:22 WIB

Pelanggaran Masif & Berlanjut

Jumat, 20 September 2024 - 07:32 WIB

ASN Terlibat Mendukung Paslon Bisa Disanksi

Rabu, 18 September 2024 - 07:21 WIB

Wujudkan Persatuan Melalui Olahraga Ditengah Perbedaan dalam Pilkada

Senin, 16 September 2024 - 13:10 WIB

Jejak Kironggo Seorang Tokoh Adat dan Prajurit Ulung Legendaris Sejarah Bondowoso

Rabu, 24 Juli 2024 - 21:31 WIB

Menjelang Pilkada 2024 : Strategi Pemain Lama dan Baru dalam Politik

Berita Terbaru

Kepala BRI Unit Pucuk, Mochamad Afnan Zainuri, saat menyerahkan bantuan program Klasterkuhidupku

Ekonomi

BRI Dorong UMKM Lamongan Maju Lewat Klasterkuhidupku

Sabtu, 5 Okt 2024 - 10:51 WIB