LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Menjelang hari coblosan Pilkada 2024 pada 27 November, semakin banyak hasil survei elektabilitas pasangan calon yang dipublikasikan. Hal ini turut disorot oleh Pengamat Sosial dari Prakarsa Jawa Timur, Madekhan Ali, terkait dengan survei terbaru yang dilaksanakan oleh relawan Laskar Hijau pada 11 hingga 13 November 2024.
Pak Made, sapaan akrabnya, mengingatkan bahwa pelaksanaan survei adalah hak setiap lembaga atau kelompok masyarakat. Menurutnya, survei merupakan bentuk partisipasi politik masyarakat dalam Pilkada 2024. Namun, ia menekankan pentingnya untuk menghubungkan hasil survei dengan metodologi yang digunakan dan kredibilitas lembaga pelaksananya.
“Apapun hasil survei, harus dilihat dari metodologi survei dan profil lembaga yang melaksanakannya,” ungkap Pak Made, Kamis (14/11). Ia menyarankan agar masyarakat lebih kritis, mempertanyakan apakah lembaga yang melakukan survei memiliki kredibilitas dan pengakuan di tingkat nasional, karena lembaga dengan karakteristik tersebut umumnya menghasilkan survei yang dapat dipercaya.
Lebih lanjut, Pak Made mengingatkan agar masyarakat berhati-hati dengan survei yang dilakukan oleh kelompok masyarakat atau lembaga baru yang muncul menjelang Pilkada. Ia menilai bahwa survei jenis ini sering kali digunakan sebagai gimmick atau strategi untuk mempengaruhi pilihan pemilih.
“Survei yang hanya digunakan untuk trik biasanya tidak memiliki metodologi yang jelas, bahkan seringkali tidak mau menjelaskan metodologinya,” ujarnya. Pak Made juga menambahkan, bahwa survei semacam ini dapat merusak citra lembaga survei independen dan membodohi masyarakat jika disebarluaskan tanpa klarifikasi yang tepat.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin