KOTA BAGHDAD, RadarBangsa.co.id – Negeri Irak memiliki banyak tokoh ulama sufi yang berpengaruh dalam peradaban Islam dunia, salah satunya adalah Assayyid Assyekh Imam Junaid Al-Baghdadi. Beliau adalah seorang sufi yang dihormati dalam dunia tasawuf dan dikenal sebagai pemimpin kaum sufi pada abad ke-3 Hijriah.
Saat mengunjungi Kota Baghdad, Irak, Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, berkesempatan untuk berziarah ke makam tokoh sufi terkenal setelah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, yaitu Assayyid As Syekh Imam Junaid Al Baghdadi. Terletak di kawasan Alawi Baghdad, kompleks makam Syekh Junaid Al Baghdadi ini juga menjadi tempat peristirahatan Imam Sarri As Saqathi, yang merupakan paman dan guru Syekh Junaid Al Baghdadi.
Khofifah dan rombongan mendapat sambutan hangat dari pemangku masjid dan makam tersebut. Bahkan, Khofifah diberi selendang kiswah Syekh Junaid Al Baghdadi oleh pemangku makam, Syeikh Cholil Ibrahim.
“Muhibah ke Baghdad Irak ini merupakan rangkaian ziarah ke makam ulama dan tokoh sufi dunia. Salah satunya adalah kami berkesempatan untuk bertawassul di makam Syekh Imam Junaid Al Baghdadi, seorang imam besar dalam bidang tasawuf dengan banyak karamah luar biasa,” kata Khofifah pada Kamis (30/5/2024).
Khofifah menambahkan bahwa Syekh Junaid Al Baghdadi adalah seorang ahli tasawuf dan fikih yang selalu mengedepankan moderasi dalam ajarannya. Ajaran tasawufnya menjadi panutan di seluruh dunia, terutama bagi warga Indonesia dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU).
Syekh Imam Junaid Al Baghdadi, yang bernama lengkap Abu Al Qasim Al Juanid bin Muhammad Al Khazzaz Al Qawariri As Sujj An Nahawandi, lahir di Baghdad pada tahun 210 H dan wafat di sana pada tahun 298 H. Beliau berasal dari keturunan bangsa Persia yang sudah lama menetap di Baghdad.
“Selama hidupnya, Syekh Junaid Al Baghdadi adalah seorang pedagang sutra dan mendapat julukan Al Khazzaz yang berarti ‘Pedagang sutra kasar.’ Beliau ditinggal wafat oleh ayahnya ketika masih remaja dan kemudian dirawat serta diajari oleh pamannya, As Saqati,” jelas Khofifah.
Di bawah bimbingan pamannya, Junaid Al-Baghdadi mempelajari ilmu-ilmu Islam, mulai dari fikih dan hadits hingga ilmu tasawuf yang membuatnya menjadi seorang sufi terkemuka. Menurut Junaid Al-Baghdadi, tasawuf adalah tentang meninggalkan akhlak yang tercela dan menggantinya dengan akhlak yang mulia.
“Pandangan tasawuf Junaid Al-Baghdadi yang terkenal adalah beliau pernah berkata, ‘Kita tidak mengambil tasawuf dengan banyak berbicara. Kita mengambil tasawuf dengan banyak berpuasa, bangun malam, dan meninggalkan segala kenikmatan duniawi,’” tambah Khofifah.
Tasawuf menurut Junaid Al-Baghdadi mencakup beberapa ajaran pokok, seperti mengurangi benda-benda duniawi, berserah diri kepada Allah, mengerjakan hal-hal yang disunahkan karena cinta kepada ketaatan, bersabar tanpa mengeluh, memilih tindakan dengan cermat, banyak melakukan dzikir khafyy, dan berbuat ikhlas hanya untuk Allah SWT.
Selain itu, ajaran tasawuf Junaid Al-Baghdadi juga mengajarkan keyakinan kuat kepada Allah sehingga seseorang dapat merasa tenang meskipun dilanda kegelisahan atau terasingkan, karena selalu ada Allah di dalam hati dan tindak tanduknya.
Karya-karya Syekh Junaid Al-Baghdadi seperti Amsal Al-Qur’an, Ar-Rasail, Al-Munajat, Syarh Syathiyat Abi Yazid Al-Bustami, dan Tashih Al-Iradah, telah dikenal luas di dunia. Khofifah mengajak umat Islam di Indonesia untuk meneladani ajaran Syekh Junaid Al Baghdadi, terutama dalam memandang urusan ukhrowi yang lebih penting daripada urusan duniawi.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Syeikh Cholil Ibrahim yang telah menyambut dan mendampingi rombongannya selama berziarah serta memberikan selendang kiswah Syekh Junaid Al Baghdadi.
“Semoga selendang kiswah ini menjadi semangat bagi kami untuk terus menyemai ajaran Islam yang mengedepankan moderasi seperti yang selalu dilakukan oleh Syekh Imam Junaid Al Baghdadi,” pungkas Khofifah.