KOTA MOJOKERTO, RadarBangsa.co.id – Puncak peringatan Haul ke-33 KH Achyat Halimy atau yang lebih dikenal Abah Yat digelar di Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin pada Kamis malam kemarin. Peringatan ini menjadi momen penting untuk mengenang perjuangan sosok ulama dan pejuang kemerdekaan asli Kota Mojokerto.
“Kita harus turut bangga dan tidak boleh lupa sejarah. Karena dia adalah kiai kharismatik pendiri Laskar Hizbullah, yang berjasa besar dalam perjuangan melawan tentara sekutu yang akan kembali menjajah, termasuk ikut dalam peristiwa 10 November di Surabaya,” ujarnya.
Lebih lanjut, Mas Pj mengatakan , Sejarah Abah Yat, lahir tahun 1918, adalah murid dari Pendiri NU, KH M. Hasyim Asy’ari, yang juga pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang. Dalam buku berjudul “Berjuang Tanpa Akhir-KH Ahyat Halimy,” disebutkan bahwa beliau adalah sosok santri yang cerdas dan disiplin.
Abah Yat terlibat dalam pergerakan dengan mendirikan organisasi kepemudaan Ansoru Nahdlatoel Oelama (ANO), yang sekarang bernama Gerakan Pemuda (GP) Ansor, pada tahun 1940. Di tengah pendudukan Jepang, Abah Yat bersama Mansur Solikhi menggerakkan GP Ansor untuk melawan pasukan Jepang yang menindas rakyat.
Pergolakan terus berlanjut, dan Abah Yat bersama KH Suhud, Ahmad Yatim, dan Mulyadi membentuk Laskar Hizbullah. Seluruh anggota GP Ansor bergabung dengan Laskar Hizbullah, yang dalam sebulan berhasil membentuk dua batalyon.
Abah Yat terus berperang hingga resolusi jihad dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 10 November 1945. Seluruh personil Laskar Hizbullah Mojokerto pergi ke Surabaya untuk ikut berperang melawan pasukan Hindia Belanda, membela kemerdekaan RI.
Setelah perang, dia melanjutkan perjuangan dalam bidang pendidikan dan kesehatan dengan mendirikan Pondok Pesantren Sabilul Muttaqin dan Rumah Sakit Sakinah.
“Dari sosok dia kita belajar semangat perjuangan. Motivasi ini relevan untuk hari ini, dimana saya harapkan para pemuda juga ikut andil dalam pembangunan Kota Mojokerto,” tutupnya.