JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Penjabat (Pj.) Gubernur Jawa Timur, Adhy Karyono, turut menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakornas) Pengendalian Inflasi dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award yang dibuka secara resmi oleh Presiden Joko Widodo di Istana Negara, Jakarta, pada hari Jumat,(14/06).
Pada kesempatan tersebut, Adhy mengungkapkan bahwa pengendalian inflasi di Jawa Timur telah memenuhi target. TPID Jawa Timur berhasil menjaga stabilitas inflasi dan harga pangan dengan perhitungan year on year (y on y) mencapai angka 2,82 persen.
“Inflasi di Jatim yang sangat terkendali menunjukkan bahwa strategi-strategi yang kita terapkan bersama untuk menjaga stabilitas harga bahan pangan berjalan sangat baik dan sesuai rencana,” kata Adhy dengan tegas.
Adhy juga menekankan pentingnya pesan Presiden Jokowi mengenai antisipasi selama musim kemarau panjang. Daerah penopang pangan nasional harus tetap menjaga, bahkan meningkatkan, produktivitas hasil pangan.
Menanggapi hal ini, Adhy menegaskan bahwa Jawa Timur memiliki lahan luas yang mampu menghasilkan beberapa komoditas dengan surplus, salah satunya adalah beras. Meski yakin akan surplus tahun ini, Adhy menyatakan bahwa Pemprov Jatim telah mengambil langkah antisipasi menghadapi musim kemarau panjang.
“Ancaman musim kemarau bisa menyebabkan penurunan stok karena produktivitas yang menurun. Ini harus diantisipasi dengan baik agar produktivitas tetap terjaga atau bahkan meningkat,” ujarnya.
Adhy menjelaskan bahwa pemerintah pusat telah memberikan bantuan seperti 6.000 pompa air untuk sektor pertanian di Jatim. Dengan bantuan ini, dia optimis bahwa produktivitas pertanian akan tetap bisa dijaga selama musim kemarau.
Bahkan, dengan adanya pompa air tersebut, masa panen yang sebelumnya hanya satu kali setahun bisa meningkat menjadi dua atau tiga kali setahun. Hal ini diharapkan bisa menjaga stabilitas inflasi dan daya beli masyarakat.
“Selain itu, pompa ini bisa mencegah gagal panen di musim kemarau sehingga kebutuhan dan pasokan yang selama ini disuplai Jatim ke 20 provinsi tetap bisa terpenuhi,” tambahnya.
Adhy juga menyebutkan bahwa komoditas unggulan sektor pertanian dan perkebunan di Jatim seperti beras, kopi, nanas, apel, dan kakao perlu ditingkatkan produksinya melalui riset. “Kami meminta BRIN untuk melakukan penelitian terkait budidaya bahan pangan, terutama sektor pertanian padi dan palawijaya, agar produktivitas meningkat,” jelasnya.
Selain sektor pertanian dan perkebunan, Jatim juga unggul dalam sektor budidaya perikanan seperti ikan air tawar dan lobster, tutup Adhy.
Presiden Joko Widodo dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada Tim TPID pusat dan daerah atas kerja keras mereka mengendalikan inflasi sehingga per Mei 2024 inflasi nasional berada di angka 2,84 persen. Pertumbuhan ekonomi juga berada di angka yang baik sebesar 5,11 persen.
“Ini salah satu yang terbaik di dunia dibandingkan dengan sembilan atau sepuluh tahun lalu saat inflasi mencapai 9,6 persen,” kata Jokowi.
Namun, Jokowi mengingatkan seluruh kepala daerah untuk tetap waspada. Berdasarkan laporan Sekjen PBB, dunia menuju pada krisis iklim dengan suhu yang akan mencapai rekor tertinggi dalam lima tahun ke depan.
“Minggu terakhir ini kita benar-benar merasakan gelombang panas. India mencapai 50 derajat Celcius, Myanmar 58 derajat Celcius. Panas sekali,” ujarnya.
Perubahan iklim dan peringatan dari PBB menjadi catatan penting bagi Jokowi, terutama di sektor pangan. FHO memprediksi jika dibiarkan, pada tahun 2050 dunia akan mengalami kelaparan berat dan 50 juta petani akan kekurangan air.
“Ini harus diantisipasi mulai sekarang. Jangan main-main dengan urusan air dan gelombang panas karena dampaknya bisa menyebabkan inflasi. Ketika stok menipis dan produksi berkurang, inflasi akan naik dan ini menyangkut kehidupan manusia,” jelasnya.
Untuk menindaklanjuti peringatan PBB dan FHO, Jokowi telah memerintahkan Kementerian Pertanian, Kementerian PU, dan TNI untuk segera membangun 20 ribu pompa, terutama di daerah yang memiliki surplus produksi beras.
Jokowi menekankan bahwa pompa dari sungai besar, sedang, dan kecil harus memiliki saluran primer, irigasi sekunder, dan tersier sehingga dapat mencapai sawah dan meningkatkan produksi dari sekali panen menjadi tiga kali panen.
“Ini yang menjaga inflasi kita agar tidak naik dan ketika el nino terjadi, kita siap sehingga produksi tidak turun. Itu tujuannya,” tuturnya.
Jokowi juga meminta seluruh kepala daerah untuk mengupgrade sistem pertanian menjadi smart agriculture dengan cara melakukan riset terhadap satu komoditas unggulan di daerah masing-masing. “Cukup satu komoditas unggulan saja. Riset, buat percontohan, kemudian replikasi,” tegasnya.
“Selain itu, undang investor untuk membangun pabrik pengolahan sehingga memiliki nilai tambah dari setiap produksi pertanian dan perkebunan,” pungkasnya.