PASURUAN, RadarBangsa.co.id – Burung perkutut masih membuktikan pesonanya sebagai satwa istimewa dengan penggemar setia di berbagai daerah. Bahkan, seekor perkutut jawara bisa dihargai setara satu unit mobil Alphard. Fenomena ini tampak nyata dalam Konkurs Nasional Seni Suara Alam Burung Perkutut yang digelar di Lapangan Detasemen AU Raci, Kabupaten Pasuruan, Sabtu (13/9/2025).
Kompetisi ini diselenggarakan Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan bersama Persatuan Pelestari Perkutut Seluruh Indonesia (P3SI) sebagai rangkaian Hari Jadi Kabupaten Pasuruan ke-1096. Tak kurang dari 700 pecinta burung perkutut ikut serta, sebagian besar datang dari luar daerah, bahkan hingga dari Kalimantan, Jakarta, Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Bali.
“Ada peserta yang rela menginap tiga hari sebelumnya agar burung perkututnya tidak stres dan bisa beradaptasi dengan lokasi lomba,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Pasuruan, Agus Hari Wibawa.
Lomba ini digelar selama dua hari, 13–14 September 2025, dengan berbagai kelas. Pada hari pertama, peserta bersaing di kategori piyek senior, piyek junior, dan piyek hanging. Sementara hari kedua mempertandingkan kelas dewasa senior dan dewasa junior.
Untuk menjaga kualitas penilaian, panitia menghadirkan 50 juri nasional dari P3SI Pusat. “Semua juri adalah profesional yang sudah berpengalaman menilai kualitas suara perkutut,” tambah Agus.
Sekretaris Daerah Kabupaten Pasuruan, Yudha Triwidya Sasongko, mengapresiasi semangat peserta yang tetap setia memelihara burung perkutut sebagai satwa bernilai tinggi. Menurutnya, selain menjadi hobi, perkutut juga memiliki manfaat lain.
“Kicauan merdunya bisa menjadi terapi penghilang stres, sementara merawatnya mampu mempererat keharmonisan keluarga sekaligus mendekatkan diri dengan alam,” ujar Yudha.
Selain itu, Yudha menekankan, perhelatan ini tidak hanya memupuk kecintaan terhadap satwa, tetapi juga berdampak langsung pada ekonomi lokal. “Banyak pedagang dan pelaku UMKM di sekitar lokasi merasakan peningkatan penjualan, terutama makanan dan minuman. Perputaran uang pun berjalan baik,” jelasnya.
Konkurs nasional ini menunjukkan bahwa burung perkutut bukan sekadar peliharaan, melainkan aset budaya dan ekonomi yang berharga. “Burung perkutut akan selalu punya tempat di hati penggemarnya, karena nilainya tidak sekadar materi, tapi juga menyangkut tradisi dan kebanggaan,” pungkas Yudha.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin