MATARAM, RadarBangsa.co.id — Upaya Pemerintah Provinsi Jawa Timur dalam memperluas jejaring perdagangan lintas daerah kembali membuahkan hasil manis. Dalam gelaran Misi Dagang dan Investasi yang berlangsung di Kota Mataram, Nusa Tenggara Barat, Rabu (9/7), total transaksi yang tercatat menembus angka fantastis: Rp1,068 triliun. Capaian ini bukan hanya jauh melampaui hasil pada 2023, namun juga menjadi yang tertinggi sepanjang tahun 2025, bahkan mengungguli transaksi sebelumnya di Kalimantan Timur yang sempat menyentuh Rp1,05 triliun.
Dipimpin langsung oleh Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, misi dagang ini mempertemukan ratusan pelaku usaha dari dua provinsi yang memiliki potensi ekonomi saling melengkapi. Sedikitnya 200 pelaku usaha hadir, terdiri dari 80 perwakilan dari Jatim dan 120 dari NTB.
“Alhamdulillah, hingga pukul 17.00 WITA, total transaksi mencapai Rp1,068 triliun. Dari jumlah itu, pelaku usaha Jawa Timur mencatat penjualan senilai Rp764,91 miliar dan pembelian sebesar Rp153,89 miliar. Sementara potensi investasi Jatim di NTB juga mencapai Rp150 miliar,” ungkap Gubernur Khofifah.
Khofifah menyebut, lonjakan nilai transaksi ini tak lepas dari ekosistem bisnis yang telah terbentuk antara Jawa Timur dan NTB. Menurutnya, kepercayaan antarpelaku usaha yang telah terbangun selama ini menjadi modal besar dalam memperkuat kolaborasi ekonomi ke depan.
“Embrio kerja sama sudah ada. Tinggal bagaimana kita terus memperluas dan menguatkan jaringan ini agar manfaatnya dirasakan lebih luas, baik untuk pelaku usaha besar maupun UMKM,” tambahnya.
Dalam misi dagang ini, produk-produk unggulan Jatim seperti pakan ikan dan udang, rokok, kopi, ayam beku, batik, fashion, serta bumbu dapur organik menjadi primadona. Sementara dari NTB, komoditas seperti yellowfin tuna, tembakau, jagung, hasil perikanan, kulit kambing, bibit bawang merah, dan sapi hidup mendapat minat tinggi dari mitra Jatim.
Dari sisi rantai pasok, NTB selama ini berperan penting sebagai pemasok sejumlah komoditas strategis ke Jawa Timur seperti jagung, udang, tembakau, dan sayuran segar. Sebaliknya, Jatim menjadi penyokong berbagai kebutuhan industri dan konsumsi di NTB, mulai dari kendaraan, produk makanan olahan, hingga obat-obatan dan bahan baku industri.
Gubernur Khofifah optimistis, sinergi antarwilayah seperti ini akan menjadi pilar penting dalam memperkuat perekonomian nasional, terlebih dalam konteks substitusi impor dan peningkatan kemandirian bahan baku dalam negeri.
“Misi dagang ini bukan sekadar jual beli, tapi fasilitasi aktif untuk membangun rantai suplai nasional yang lebih solid dan efisien,” ujar Khofifah.
Ia juga menyebut bahwa neraca perdagangan Jatim–NTB sejak 2023 mencatatkan surplus hingga Rp5,29 triliun, pertanda positif dari pertumbuhan hubungan ekonomi kedua provinsi.
Dengan misi dagang ini, Pemprov Jawa Timur berharap terjadinya akselerasi pertumbuhan ekonomi yang lebih merata, termasuk bagi pelaku UMKM, petani, nelayan, dan sektor-sektor ekonomi kreatif di daerah.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin