SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW tahun ini diwarnai dengan doa bersama untuk para korban tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama atau akrab disapa Ning Lia, mengajak kader Fatayat NU Kota Surabaya mendoakan keselamatan dan ketabahan para santri serta keluarga yang ditinggalkan.
Acara doa bersama ini digelar dalam momentum Ta’dim Maulidurrasul di Kantor PCNU Kota Surabaya, Bubutan, Sabtu (4/10/2025). Suasana haru menyelimuti ruangan ketika doa dipanjatkan, diiringi lantunan salawat yang menambah kekhidmatan peringatan Maulid Nabi.
Dalam kesempatan itu, Ning Lia menuturkan kisah menyentuh dari salah satu korban selamat bernama Haikal. Menurutnya, pengalaman Haikal bukan sekadar perjuangan bertahan hidup, tetapi juga teladan keteguhan iman dan kecerdasan seorang anak belia.
“Haikal bukan hanya kuat secara fisik, tetapi juga sangat cerdas dan beriman. Dalam kondisi gelap, terhimpit beton, dan penuh keterbatasan, ia tetap tenang, tegar, bahkan mengingat kewajiban shalat. Masya Allah, betapa kuat iman dan mentalnya,” ujar Ning Lia dengan mata berkaca-kaca.
Haikal sempat membangunkan sahabatnya di bawah reruntuhan untuk menunaikan shalat Isya. Namun, ketika waktu Subuh tiba, sahutannya tak lagi berbalas. Di sanalah ia menyadari sahabatnya sudah tiada. Meski begitu, Haikal tetap menegakkan shalat sendirian hingga hari kedua dalam kondisi tertimbun.
“Bayangkan, seorang anak yang masih belia harus melalui hari-hari penuh kegelapan dan kesendirian, tetapi tetap menjaga imannya. Ini benar-benar luar biasa,” tambah putri tokoh NU, KH Masykur Hasyim, tersebut.
Selain keteguhan iman, Haikal juga menunjukkan kecerdasan dalam bertahan hidup. Menurut penuturan ibunya, ia memilih untuk tidak banyak berbicara maupun bergerak agar tenaganya tetap terjaga. Cara itu ia lakukan berdasarkan pengetahuan yang dipelajari di sekolah melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial (IPAS).
“Dia benar-benar mengimplementasikan ilmu yang dipelajari untuk bertahan hidup. Iman dan ilmu menjadi bekal penting dalam menghadapi cobaan,” tutur Ning Lia penuh salut.
Dari tragedi yang menimpa Ponpes Al Khoziny, Ning Lia mengajak kader Fatayat NU Surabaya untuk mengambil pelajaran berharga. Baginya, musibah tidak hanya mengajarkan kesabaran, tetapi juga memperlihatkan betapa pentingnya menguatkan iman sekaligus mengamalkan ilmu pengetahuan dalam menghadapi ujian hidup.
“Mari kita doakan para korban, keluarga yang ditinggalkan, serta para santri yang selamat agar diberi keteguhan iman dan kesehatan. Semoga Fatayat NU senantiasa diberi kekuatan dalam perjuangan dan keberkahan dalam setiap langkahnya,” kata Lia menutup pesannya.
Usai kegiatan, doa bersama dilanjutkan dengan pembacaan salawat yang menggema di ruang pertemuan PCNU Surabaya. Kehadiran Ning Lia disambut hangat oleh para kader Fatayat NU.
“Ning Lia ini sangat humble dan baik sekali,” ungkap Aminah, salah seorang kader, dengan penuh rasa bangga.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin