SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Lia Istifhama, menyambut positif langkah Uni Eropa yang memberikan kemudahan visa Schengen bagi warga negara Indonesia. Kebijakan ini diumumkan langsung oleh Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, sebagai bagian dari penguatan kemitraan strategis Indonesia–Uni Eropa melalui skema Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA), yang intensif dinegosiasikan di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto.
Ning Lia, sapaan akrabnya, menilai kebijakan ini sebagai terobosan strategis yang akan memberikan dampak signifikan terhadap penguatan ekonomi nasional, khususnya dalam mendorong investasi, peningkatan mobilitas tenaga kerja terampil, serta pengembangan daya saing sumber daya manusia (SDM) Indonesia.
“Ini bukan sekadar soal jalan-jalan lebih mudah. Kemudahan visa Schengen akan membuka akses lebih luas bagi tenaga kerja profesional, pelajar, investor, dan pelaku usaha Indonesia untuk membangun jejaring internasional sekaligus meningkatkan kompetensi,” ujar Ning Lia dalam keterangannya, Senin (15/7).
Kesepakatan ini merupakan hasil dari proses panjang selama lebih dari satu dekade, dibangun atas dasar kepercayaan, transparansi, dan prinsip saling menguntungkan. Uni Eropa kini menawarkan skema multiple-entry visa Schengen bagi warga Indonesia, yang tidak hanya mempermudah mobilitas, tetapi juga membuka pintu lebih lebar bagi pertukaran budaya, kerja sama ekonomi, dan penguatan relasi antarbangsa.
Ning Lia menekankan bahwa kesepakatan ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia dan Uni Eropa memilih jalur keterbukaan dan kerja sama jangka panjang, di tengah situasi global yang justru banyak mengarah pada proteksionisme dan pembatasan mobilitas.
“Uni Eropa masih menjadi pusat dari banyak sektor strategis dunia, mulai dari teknologi, kesehatan, penguasaan bahasa asing, hingga industri kedirgantaraan. Dengan kemudahan akses visa Schengen, peluang anak muda Indonesia untuk belajar, magang, maupun bekerja di Eropa akan jauh lebih besar. Dari sinilah kita perlu menyiapkan generasi muda dengan keterampilan teknis, penguasaan bahasa asing, serta soft skill yang mumpuni agar bisa benar-benar bersaing secara global,” jelasnya.
Tak hanya berdampak pada peningkatan devisa negara melalui remitansi pekerja migran terampil, kebijakan ini juga berpotensi memperkuat arus investasi bilateral. “Selain mendongkrak devisa dari tenaga kerja terampil, kemudahan visa ini secara langsung menggandakan potensi investasi bilateral. Investor Eropa akan lebih mudah masuk, dan pengusaha Indonesia pun lebih leluasa menjelajahi pasar Eropa. Ini bukan hanya soal transaksi ekonomi, tapi juga pertukaran pengetahuan dan peluang tumbuhnya ekonomi yang lebih merata,” lanjut Ning Lia.
Meski demikian, ia mengingatkan pemerintah untuk tidak lengah. Menurutnya, kesiapan ekosistem pelatihan dan sertifikasi keterampilan harus terus diperkuat agar tenaga kerja Indonesia tidak hanya unggul di sektor informal, tetapi juga siap berkiprah di bidang-bidang strategis berstandar internasional.
“Indonesia memiliki posisi penting dalam rantai pasok global, terutama dalam konteks transisi menuju energi bersih dan digital yang saat ini dijalankan Uni Eropa. Kita juga menjadi pemasok utama berbagai barang penting untuk mendukung transisi hijau dan digital, dengan pasar domestik yang sangat potensial karena didukung lebih dari 287 juta penduduk,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin