SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Proses identifikasi korban ambruknya musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo, terus dikebut dengan standar tinggi. Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa memastikan posko Disaster Victim Identification (DVI) Polri di RS Bhayangkara Polda Jatim bekerja sesuai prosedur, mengedepankan profesionalitas dan akuntabilitas.
Khofifah meninjau langsung posko identifikasi pada Jumat (3/10/2025) sore bersama Sekdaprov Jatim, Adhy Karyono. Dalam kunjungan itu, ia menyampaikan apresiasi terhadap kinerja tim DVI yang sejak hari pertama sudah siaga di lokasi kejadian. Menurutnya, seluruh sampel DNA dari keluarga wali santri telah terkumpul sehingga pencocokan bisa segera dilakukan.
“Sejak awal tim ante mortem sudah standby di pesantren. Sampel DNA keluarga juga sudah diambil. Jadi Insyaallah semua well prepared,” ujar Khofifah saat ditemui di RS Bhayangkara.
Meski semua sarana pendukung tersedia, Khofifah menekankan bahwa proses rekonsiliasi antara data post mortem (PM) dan ante mortem (AM) tidak bisa dilakukan secara terburu-buru. Identifikasi harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian agar kepastian yang diterima keluarga tidak menyisakan keraguan.
“Ada kesulitan-kesulitan pada saat rekonsiliasi antara PM dan AM. Karena itu, keluarga harus mendapat kepastian yang tidak terbantahkan. Kerja profesional ini berjalan, tapi tetap dengan sangat hati-hati,” tegasnya.
Hingga Sabtu (4/10/2025) pagi, tercatat sepuluh jenazah tambahan berhasil dievakuasi dari lokasi reruntuhan dan dibawa ke RS Bhayangkara untuk identifikasi. Sebelumnya, lima jenazah sudah diidentifikasi dan diserahkan kepada keluarga karena kondisi masih memungkinkan untuk dikenali secara langsung.
Khofifah juga menanggapi banyaknya wali santri yang ingin terlibat dalam proses evakuasi. Menurutnya, gabungan tim SAR memberi ruang terbatas bagi perwakilan pesantren untuk ikut dalam proses pembongkaran dengan persetujuan komando lapangan. Hal ini, kata dia, dilakukan agar keluarga tetap merasa dilibatkan tanpa mengorbankan aspek keamanan.
“Prinsipnya terbuka, tapi tetap sesuai kondisi. Proses evakuasi dilakukan penuh kehati-hatian oleh tim yang berpengalaman. Wali santri bisa ikut menyaksikan sesuai kapasitas,” ujarnya.
Selain itu, Pemprov Jatim menurunkan tim Layanan Dukungan Psikososial (LDP) dari Dinas Sosial untuk mendampingi keluarga santri yang menunggu dengan cemas. Kehadiran tim psikososial dianggap penting agar orang tua dan keluarga mendapat penjelasan yang menenangkan di tengah situasi sulit.
Di sisi lain, percepatan evakuasi terus diupayakan dengan menambah alat berat, mulai dari crane hingga breaker. Namun, Khofifah menegaskan semua langkah tetap mengutamakan keselamatan karena masih ada kemungkinan korban tertimbun.
“Upaya percepatan sudah dilakukan, tapi tetap penuh kewaspadaan. Santri yang masih berada di bawah reruntuhan harus mendapat perlakuan terbaik,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin