Marsinah dan Mei 1998, Suara Kebenaran yang Terus Dibungkam

- Redaksi

Rabu, 28 Mei 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sekelompok mahasiswa mengenakan jaket almamater sedang berdemo (Ilustrasi)

Sekelompok mahasiswa mengenakan jaket almamater sedang berdemo (Ilustrasi)

SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Bulan Mei menyimpan banyak peristiwa bersejarah yang layak menjadi ruang refleksi sekaligus ruwatan batin bagi bangsa Indonesia. Deretan peristiwa tersebut bukan sekadar catatan masa lalu, melainkan jejak luka dan keberanian yang hingga kini masih menggema. Tak sedikit yang membawa muatan politik, menyisakan duka, sekaligus menjadi pengingat: mereka yang pernah bersuara lantang di bulan Mei, tak pernah benar-benar hilang ditelan waktu.

Salah satu suara itu adalah Marsinah buruh perempuan yang tak hanya vokal menyuarakan hak, tetapi juga menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan sistemik. Di masa akhir Orde Baru, ia berdiri tegak membela kaum pekerja. Namun keberaniannya harus dibayar mahal. Marsinah ditemukan tak bernyawa, tubuhnya penuh luka dan memar, di sebuah hutan pada 8 Mei 1993. Ia dibungkam, tetapi suaranya tak pernah padam.

Lima tahun berselang, Mei kembali bergemuruh. Tahun 1998 menjadi saksi gelombang demonstrasi mahasiswa yang menuntut pengunduran diri Presiden Soeharto. Ribuan mahasiswa menduduki gedung DPR/MPR, membangkitkan harapan baru: sebuah Indonesia yang lebih demokratis, lebih adil, dan lebih terbuka. Reformasi menjadi titik balik sejarah, dibangun di atas semangat kolektif rakyat untuk menegakkan kedaulatan dan keadilan.

Namun kini, dua dekade lebih sejak Reformasi, gema perubahan itu terasa makin lirih. Bulan Mei tak hanya menjadi momen mengenang perjuangan, tetapi juga ajakan untuk bertanya: sudahkah cita-cita itu benar-benar terwujud?

Faktanya, suara rakyat kecil, buruh, petani, nelayan, masyarakat adat masih sering diabaikan dalam proses pengambilan keputusan. Demokrasi yang dulu diperjuangkan dengan air mata dan darah, kini kerap direduksi menjadi rutinitas lima tahunan. Pemilu berlangsung, tetapi esensinya kian memudar. Sementara itu, kebebasan berpendapat yang dahulu dijunjung tinggi kini terasa terancam. Kritik dianggap ancaman, suara-suara kritis dibungkam, bahkan tak jarang berujung pada jerat hukum.

Mengingat peristiwa-peristiwa bersejarah di bulan Mei tidak cukup dengan upacara atau seremoni. Yang lebih penting adalah meneruskan semangat perjuangan mereka seperti Marsinah dan para mahasiswa 1998 dengan keberanian yang sama untuk melawan ketidakadilan dan menyuarakan kebenaran.

Menghidupkan kembali suara-suara yang hilang bukan sekadar menggali masa lalu. Ini adalah soal masa depan, masa depan bangsa yang harus terus dibela agar tak kehilangan nurani dan arah. Sebab bangsa yang melupakan suara perjuangan, akan mudah dikalahkan oleh kesenyapan kekuasaan.

Penulis : M. Rizqi Senja Virawan | Menteri Koordinator Bidang Pergerakan BEM UNAIR 2025 | Awardee Rumah Kepemimpinan XII Regional 4 Surabaya

Berita Terkait

5 Pasal Kontroversi dan Multitafsir RUU Perampasan Aset
Kisah David Ozora, Potret Kedekatan Ayah dan Anak
Hoaks, Miscaption, Deepfake, dan Sesat Pikir Pelajaran Berharga Kerusuhan Agustus
Rofiq dan Juwono Mengajak Kerukunan Warga Pesaren Pasca Demo Sengketa Tanah
Catatan Akhir Tahun SMSI 2024 : Pendidikan Berpikir Kritis Menunjang Jurnalisme Berkualitas
Masyarakat Pedesaan Indonesia dalam Pusaran Budaya, Ekonomi, dan Politik : Sebuah Refleksi Pasca-Pemilu
Pentingnya Independensi dalam Peran Alat Negara Penegak Hukum | RadarBangsa Lamongan
Renungan : Kebaikan Kelihatan, Keburukan Ketahuan ‘ Becik Ketitik Olo Ketoro’ | RadarBangsa Lamongan

Berita Terkait

Selasa, 16 September 2025 - 20:14 WIB

5 Pasal Kontroversi dan Multitafsir RUU Perampasan Aset

Minggu, 14 September 2025 - 16:20 WIB

Kisah David Ozora, Potret Kedekatan Ayah dan Anak

Sabtu, 6 September 2025 - 18:05 WIB

Hoaks, Miscaption, Deepfake, dan Sesat Pikir Pelajaran Berharga Kerusuhan Agustus

Selasa, 22 Juli 2025 - 12:35 WIB

Rofiq dan Juwono Mengajak Kerukunan Warga Pesaren Pasca Demo Sengketa Tanah

Rabu, 28 Mei 2025 - 20:02 WIB

Marsinah dan Mei 1998, Suara Kebenaran yang Terus Dibungkam

Berita Terbaru

Suasana pendampingan penyusunan draft perubahan Perda Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) bersama Kemendagri yang diikuti jajaran Pemkab Bangkalan di Aula Diponegoro, Kantor Bupati Bangkalan, Senin (6/10/2025). (Foto Dok Ho/RadarBangsa.co.id)

Politik - Pemerintahan

Kemendagri Dampingi Bangkalan Rumuskan Regulasi Baru PDRD

Selasa, 7 Okt 2025 - 19:51 WIB

Sejumlah narasumber hadir dalam dialog nasional bertema “Media Baru: Peluang dan Tantangannya” yang digelar Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) di Kantor Pusat SMSI, Jakarta, Selasa (7/10/2025). Acara ini diikuti secara luring dan daring. (Dok Foto SMSI)

Nasional

SMSI Tegaskan Komitmen Jaga Marwah Pers Digital Indonesia

Selasa, 7 Okt 2025 - 19:43 WIB