TANGERANG SELATAN, RadarBangsa.co.id – Ceng Beng menjadi suatu tradisi turun temurun untuk ziarah tahunan. Hari Ceng Beng biasanya jatuh pada tanggal 5 April. Tradisi Ceng Beng ini diperkirakan bermula pada zaman Kekaisaran Zhu Yuan Zhang, pendiri Dinasti Ming.
Ceng Beng, dalam bahasa Hokkian, artinya terang benderang yang kemudian disimbolkan mendatangi makam leluhur dengan berziarah dengan mendoakan agar mendapat cahaya hidup bagi anggota keluarga yang masih ada
Puncak kegiatan dilaksanakan pada setiap tanggal 5 April. Masyarakat Tionghoa berdomisili di BSD Tanggerang Selatan yang merantau biasanya akan pulang kampung.
“Mereka akan bertemu keluarga, kemudian akan melakukan ziarah dan sembahyang kubur leluhur saat perayaan Ceng Beng,” tandas Maria W. warga masyarakat keturunan Tionghoa. Selasa, (04/4/2023).
Sembahyang kubur leluhur dalam perayaan Ceng Beng ini biasa dilakukan sekitar 60 menit. Setiap orang akan ziarah kubur orang tua, sanak keluarga dan leluhurnya.
Mereka akan membawa aneka buah-buahan (samkuo), ayam atau babi (sam sang), arak, aneka kue dan makanan vegetarian (cai choi), uang kertas (kim cin) ditaruh di makam.
Kemudian membakar garu (hio). Setelah itu digelar ritual dan doa untuk para orang tua dan leluhur di pemakaman.
Adapun makanan, setelah disembahyangkan, biasanya akan dibawa pulang karena dianggap membawa berkah bagi keluarga. Demikian penjelasan tradisi Ceng Beng 2023 kapan dan cara sembahyang kubur leluhur yang benar, tidak ada pantangan.