Muhibah Khofifah di Irak [8], Napak Tilas Kota Kelahiran dan Rumah Nabi Ibrahim di Babilonia

Khofifah

KOTA UR, IRAQ, RadarBangsa.co.id – Perjalanan muhibah Ketua Umum Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, mencapai Kota Ur, sebuah kota di Irak tengah yang terletak di cabang Sungai Eufrat, sekitar 100 km selatan Baghdad. Kota ini berada di Provinsi Babilonia dan berdekatan dengan kota kuno Babilonia.

Di kota tersebut, Nabi Ibrahim diyakini lahir sekitar 2000 tahun sebelum Masehi. Kota ini berada di Mesopotamia kuno, salah satu tempat lahirnya peradaban manusia. Dalam kitab Bidayah wa al-Nihayah, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Nabi Ibrahim lahir di Babilonia, yang kini merupakan bagian dari Irak.

Bacaan Lainnya

Menurut riwayat dalam kitab yang sama, Nabi Ibrahim dikenal dengan nama lengkap Ibrahim bin Tarikh bin Nuhur bin Sarugh bin Raghu bin Faligh bin ‘Abir bin Syalih bin Arfakhsyadz bin Sam bin Nuh alaihissalam.

“Babilonia pada masa itu adalah pusat kebudayaan dan kekuasaan di wilayah Mesopotamia yang sekarang menjadi bagian dari Irak,” kata Khofifah, Senin (3/6/2024).

Bersama rombongannya, Khofifah mengunjungi kota tersebut untuk bermuhasabah dan meneladani kisah-kisah dari nabi yang menurunkan banyak keturunan nabi dan rasul termasuk Nabi Muhammad SAW.

Di Babilonia, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, dibangun sebuah masjid. Dalam beberapa riwayat, disebutkan bahwa di sana juga merupakan rumah yang pernah dihuni Nabi Ibrahim semasa hidupnya.

“Kelahiran Nabi Ibrahim di tengah peradaban yang maju menjadi dasar bagi perannya yang penting dalam menyebarkan ajaran tauhid. Lahir di Babilonia, Nabi Ibrahim harus berdakwah di dunia yang penuh penyembahan berhala dan menghadapi pemimpin yang zalim,” ujar Khofifah.

Nabi Ibrahim, seperti yang diceritakan dalam Alquran, hidup pada zaman Raja Namrud. Pada masa itu, masyarakat Mesopotamia hidup dalam masa jahiliyah, menciptakan patung-patung untuk disembah.

Saat itu, Raja Namrud telah memerintah Babilonia selama 400 tahun, menjadikannya sosok yang sombong hingga mengklaim dirinya sebagai Tuhan.

“Raja Namrud pernah bermimpi tentang seorang anak yang akan menggulingkannya dari tahtanya, sehingga ia memerintahkan pembunuhan semua bayi laki-laki yang lahir pada saat itu,” terang Khofifah.

Namun, orang tua Nabi Ibrahim menyembunyikan putranya dalam sebuah gua untuk melindunginya dari ancaman tersebut.

Kisah Nabi Ibrahim dan Raja Namrud yang zalim ini banyak disebutkan dalam Alquran, terutama dalam beberapa surat seperti Al-Baqarah, Al-An’am, Al-Anbiya, Asy-Syura, Ibrahim, dan Hud.

“Nabi Ibrahim dalam berdakwah menghancurkan berhala-berhala masyarakat jahiliyah saat itu, termasuk berhala milik Raja Namrud. Tindakan ini membuat Raja Namrud sangat marah, dan ia memerintahkan agar Nabi Ibrahim dihukum dengan cara dibakar hidup-hidup,” kata Khofifah.

Namun, dengan perlindungan Allah, Nabi Ibrahim tidak terbakar oleh api yang dinyalakan untuk membakarnya selama 40 hari. Dalam Alquran Surat Al-Anbiya ayat 69, Allah berfirman: “Kami (Allah) berfirman, ‘Wahai api! Jadilah kamu dingin, dan penyelamat bagi Ibrahim!’”

“Meskipun Nabi Ibrahim mengalami pembakaran selama 40 hari, ia sama sekali tidak mengalami luka bakar. Ini adalah bukti nyata pertolongan Allah yang luar biasa, memperlihatkan kuasa-Nya yang tak terbatas. Bahkan, dalam momen tersebut, banyak hewan turut membantu memadamkan api yang mengelilingi Nabi Ibrahim,” urai Khofifah.

Setelah api berhasil dipadamkan, kaum Kaldan yang sebelumnya sombong harus menerima kekalahan yang telak. Meskipun mereka telah mencoba membakar Nabi Ibrahim selama 40 hari, mereka tidak mampu menyakitinya.

Meskipun telah menyaksikan mukjizat ini, hanya sedikit orang yang mengakui kebenaran dan kebesaran Tuhan yang diyakini oleh Nabi Ibrahim. Raja Namrud dan para pengikut setianya tetap sombong dan menolak menerima ajaran yang benar.

Perdebatan antara Nabi Ibrahim dan Raja Namrud juga terjadi ketika Nabi Ibrahim dan rakyat Babilonia datang ke istana untuk meminta makanan. Meskipun dalam perdebatan itu Raja Namrud kalah, Nabi Ibrahim pulang dengan tangan hampa. Namun, Allah memberinya rezeki yang lebih baik dan berlimpah.

Raja Namrud akhirnya mendapatkan azab dari Allah, termasuk serangan pasukan lalat atau nyamuk yang menyebabkan penderitaan bagi dirinya dan pengikutnya. Ini adalah contoh yang kuat tentang bagaimana Allah SWT melindungi para nabi-Nya dan menghukum orang-orang yang zalim.

“Semoga kita dapat meneladani keberanian Nabi Ibrahim dalam memerangi kemunkaran. Ketaqwaan dan keimanan Nabi Ibrahim menjadi nyala api yang membuatnya berani memerangi yang bathil dan berjalan membela agama Allah,” pungkas Khofifah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *