LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Pendapatan dari parkir dan retribusi tiket di Wisata Religi Makam Sunan Drajat di Lamongan diduga tidak mencerminkan kondisi yang sebenarnya.
Data yang diperoleh oleh media menunjukkan bahwa retribusi tiket Makam Sunan Drajat Lamongan pada tahun 2023 mencapai Rp 1.100.000.000, sementara total kunjungan wisatawan tercatat sebanyak 1.724.870 orang.
Sumber tersebut juga menyatakan bahwa tarif retribusi tiket per orang adalah Rp 2.000. Jika dihitung berdasarkan jumlah pengunjung, seharusnya total pendapatan mencapai Rp 3,4 miliar.
“Jika jumlah wisatawan mencapai angka tersebut, seharusnya pendapatan minimal Rp 3 miliar lebih. Ini menunjukkan ada selisih sekitar Rp 2,3 miliar,” jelas sumber itu pada Sabtu (5/10/2024).
Sumber tersebut juga menyoroti bahwa perhitungan tersebut belum termasuk pendapatan dari parkir. Tarif parkir untuk kendaraan roda empat adalah Rp 15.000, untuk Elf Rp 20.000, dan untuk bus Rp 25.000.
“Dari segi logika, tidak masuk akal jika pendapatan persis mencapai Rp 1.100.000.000, apalagi jumlah pengunjung setiap tahun terlihat konstan tanpa ada perubahan,” ungkapnya.
Untuk tahun 2024, target PAD dari Makam Sunan Drajat Lamongan dipatok pada angka retribusi sebesar Rp 1.183.717.000, sewa kantin Rp 146.620.000, dan sewa toilet Rp 18.000.000.
Di sisi lain, pengelolaan parkir di Wisata Religi Makam Sunan Drajat Lamongan juga mendapat banyak sorotan dari masyarakat setempat. Beberapa permasalahan yang diangkat meliputi tarif parkir kendaraan bus yang dianggap mahal, dengan perkiraan tarif mencapai Rp 100.000. Selain itu, masyarakat mempertanyakan kontribusi pembangunan 4 toilet di area makam dan mengungkapkan bahwa kondisi makam lebih kotor dibandingkan dengan makam wali lainnya. Diketahui juga bahwa semua kios di area tersebut dikelola oleh keluarga, sehingga tidak memberikan kesempatan bagi pihak lain.
H. Sukri, Ketua Paguyuban PKL Makam Sunan Drajat yang juga mengelola parkir dan retribusi, saat dihubungi oleh awak media mengenai permasalahan tersebut, malah mengajak untuk berziarah.
“Ayo kolo-kolo (kala-kala) ikut ziarah, biar tahu gitu loh bos. Dulu tanah ini milik saya dan kebanyakan keluarga saya, lalu orang yang usil itu punya waris atau tidak. Begitu sekilas ceritanya,” ujarnya.
Ketika ditanya tentang kebenaran masalah ini dan berapa pendapatan parkir di Makam Sunan Drajat Lamongan setiap tahunnya, H. Sukri enggan memberikan jawaban yang jelas dan malah mengajak untuk ngopi.
“Kapan-kapan ketemu mas, cerita-cerita sambil ngopi,” tandasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin