SEMARANG, RadarBangsa.co.id – Sejumlah wartawan mengalami tindakan penghalangan saat hendak mewawancarai Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu, dalam kunjungan Sekretaris Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Budi Setiyono, di Rumah Pelita, Kelurahan Bandarharjo, Kota Semarang, pada Jumat (24/1).
Insiden terjadi ketika para wartawan dari berbagai media tiba di lokasi. Mereka disambut oleh sejumlah pengawal Wali Kota Semarang yang terdiri dari petugas protokoler, ajudan, dan anggota Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Para pengawal tersebut melarang wartawan untuk melakukan wawancara dan bahkan menghalangi mereka untuk mendekati Wali Kota.
Dalam pantauan di lapangan, Hevearita mendampingi Budi Setiyono saat mengunjungi fasilitas penitipan anak stunting di Rumah Pelita serta mengunjungi salah satu warga yang sedang hamil. Namun, ketika acara selesai, upaya wartawan untuk mendapatkan wawancara dihalangi dengan alasan keterbatasan waktu.
“Kami mohon maaf, ini sedang terburu-buru. Hari ini ada agenda kunjungan asesmen dari Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga terkait dengan rumah singgah maupun Rumah Pelita,” ujar Ita, sapaan akrab Wali Kota Semarang.
Namun, ketika seorang wartawan menanyakan perihal absennya Wali Kota dalam panggilan dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), ia memilih untuk tidak memberikan jawaban dan langsung masuk ke mobil. Pengawalnya pun semakin memperketat penjagaan dengan mendorong dan memepet wartawan agar tidak bisa mendekat.
Beberapa wartawan yang merasa diintimidasi mengungkapkan kekecewaannya atas tindakan yang dinilai berlebihan dari pengawal Wali Kota Semarang. Mereka berencana melaporkan kejadian tersebut ke organisasi profesi wartawan di Jawa Tengah.
“Kami akan mengoordinasikan masalah ini dengan bidang hukum organisasi wartawan. Ini tindakan yang keterlaluan, padahal biasanya tidak seperti ini,” ujar Umar, wartawan media online yang mengalami tindakan dorongan dari pengawal.
Sejak awal kedatangan di lokasi, wartawan mengaku telah mendapat larangan untuk melakukan liputan dan wawancara langsung dengan Wali Kota.
“Sejak awal kami sudah dilarang-larang untuk wawancara. Begitu mau mendekat langsung dihalangi, didorong, bahkan dipaksa menjauh,” tambah Umar.
Kejadian ini menambah daftar panjang insiden penghalangan kerja jurnalistik di berbagai daerah, yang berpotensi menghambat kebebasan pers di Indonesia.
Penulis : Hosea
Editor : Bandi