SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Kiprah senator perempuan asal Jawa Timur, Lia Istifhama, mendapat pengakuan nasional melalui penghargaan Radar Surabaya Award 2025. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Direktur Jawa Pos, Leak Kustiya, sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan kontribusi nyata Lia dalam membangun Jawa Timur melalui peran strategisnya di Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI).
Dalam sambutannya, Lia Istifhama menyampaikan bahwa politik baginya adalah bentuk pengabdian, bukan sekadar arena kekuasaan.
“Ketika Ibu Gubernur menjadikan Jawa Timur sebagai gerbang baru Nusantara, saya melihat bahwa provinsi ini tak hanya gemuk sumber daya manusia, tapi juga gemuk prestasi,” ujar Lia di sela acara penyerahan penghargaan.
Lia Istifhama tercatat sebagai peraih suara terbanyak untuk kategori non-petahana DPD RI di Pemilu 2024 secara nasional. Perolehan suara tersebut mencerminkan kuatnya kepercayaan publik terhadap sosok muda yang aktif menyuarakan isu pendidikan, sosial keagamaan, dan pemberdayaan perempuan.
“Prestasi ini bukan semata milik pribadi. Saya hanya menjalankan amanah masyarakat yang mempercayakan suara mereka untuk saya bawa ke Senayan,” ucapnya.
Direktur PT Radar Media Surabaya, Lilik Widyantoro, mengatakan bahwa Radar Surabaya Award diberikan kepada tokoh-tokoh yang memberikan dampak signifikan bagi kemajuan Jawa Timur.
“Penghargaan ini adalah bentuk kepercayaan publik dan stakeholder terhadap tokoh yang mampu menjembatani kepentingan daerah di level nasional. Ning Lia adalah salah satu figur yang konsisten dan memiliki visi keberlanjutan dalam pengabdiannya,” ujar Lilik.
Lia Istifhama dikenal sebagai tokoh perempuan muda dengan latar belakang kuat di bidang pendidikan dan dakwah. Kiprahnya di DPD RI memperkuat peran perempuan dalam ranah politik kebangsaan, terutama dalam mendorong kebijakan yang berpihak pada masyarakat akar rumput.
Ia aktif terlibat dalam berbagai isu strategis, termasuk penguatan undang-undang pesantren, perlindungan anak, hingga dukungan terhadap komunitas difabel dan pesantren perempuan.
“Semoga penghargaan ini bisa menjadi penyemangat bagi perempuan lainnya untuk tidak ragu masuk ke ruang-ruang pengambilan keputusan. Politik itu bisa menjadi ladang pengabdian, bukan sekadar alat kekuasaan,” tutupnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin