MOJOKERTO, RadarBangsa.co.id – Petirtaan Jolotundo, terletak di lereng utara Gunung Penanggungan, Desa Seloliman, Kecamatan Trawas, memiliki sejarah yang kaya dan memikat. Dibangun pada zaman Airlangga, pada tahun 899 Saka, candi ini menjadi monumen cinta kasih Raja Udayana untuk menyambut kelahiran putranya, Prabu Airlangga. Pemahatannya dari batu andesit mencerminkan keahlian tinggi dalam seni bangunan pada masa itu.
Jaraknya yang sekitar +55km dari Surabaya membuat Petirtaan Jolotundo mudah diakses dengan kendaraan pribadi roda dua maupun roda empat. Meskipun usianya sudah sangat tua, keunikan candi ini terletak pada debit airnya yang tetap stabil bahkan selama musim kemarau. Ini menjadi fenomena alam yang menakjubkan dan menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Dari segi arkeologis, Petirtaan Jolotundo memiliki keabsahan yang penting sebagai penanda perkembangan seni bangunan dan kepercayaan spiritual pada masa lalu. Bangunan ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu bagian utara untuk pria dan bagian selatan untuk wanita, menunjukkan adanya pemisahan gender dalam pelaksanaan ritual pemandian kuno.
Motif hiasan di dinding petirtaan mencerminkan pengaruh budaya Hindu yang mendominasi kerajaan-kerajaan di Jawa pada periode tersebut. Keindahan seni pahat dan struktur batu andesit menjadi bukti kecemerlangan masyarakat pada masa lalu.
Selain sebagai situs bersejarah, Petirtaan Jolotundo juga memiliki nilai sakral dan mistik. Air di petirtaan ini dipercaya memiliki khasiat penyembuhan dan memberikan kesucian. Hingga saat ini, banyak masyarakat setempat yang masih mempercayai keistimewaan air dari petirtaan ini dan datang untuk berziarah atau mandi, mencari keberkahan dan kesembuhan.
Sebagai warisan budaya yang berharga, Petirtaan Jolotundo tidak hanya menjadi destinasi wisata sejarah, tetapi juga tetap memegang peranan dalam kehidupan spiritual dan kepercayaan masyarakat setempat. Keunikan arsitektur, nilai sejarah, dan keberkahan airnya menjadikan petirtaan ini sebagai situs yang patut dijaga dan diapresiasi oleh generasi-generasi mendatang.