SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Pemerintah Provinsi Jawa Timur berhasil meraih penghargaan Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme (RAN PE) Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme untuk kategori Inisiator Kolaborasi Multipihak Tahun 2024 dari Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT) RI.
Penghargaan ini diterima oleh Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Provinsi Jawa Timur, Eddy Supriyanto, yang mewakili Penjabat (Pj) Gubernur Jawa Timur Adhy Karyono di Hotel The Westin Jakarta, pada Senin (19/8).
Pj. Gubernur Adhy menyampaikan apresiasinya atas penghargaan tersebut dan menekankan bahwa ini merupakan pencapaian yang harus terus dipertahankan, mengingat Jawa Timur juga meraih penghargaan serupa pada tahun sebelumnya.
“Alhamdulillah, Jawa Timur kembali dianugerahi RAN PE Award. Tahun lalu pun kita meraih penghargaan ini, dan saya pribadi yang mewakili Ibu Gubernur untuk menerimanya,” ujarnya di Gedung Negara Grahadi Surabaya pada Senin (19/8).
Adhy menjelaskan bahwa penghargaan RAN PE ini mencerminkan keseriusan Pemerintah Provinsi dalam menangani isu pencegahan terorisme. Ia menegaskan bahwa upaya ini melibatkan seluruh pihak yang berperan penting dalam menjaga keutuhan NKRI.
“Pemerintah Provinsi dan seluruh jajaran sangat berkomitmen dalam menangani pencegahan terorisme di Jawa Timur. Ini adalah hal yang harus kita perjuangkan karena dampaknya bisa mengancam persatuan bangsa,” ungkapnya.
Adhy menambahkan bahwa beberapa langkah telah diambil, termasuk menjalin kolaborasi dan sinergi dengan Forkopimda Jatim untuk memelihara toleransi dan keamanan. Selain itu, Pemprov juga bekerja sama dengan berbagai instansi, termasuk BNPT dan Satgaswil Jatim Densus 88 Antiteror.
“Kami juga mengajak mantan narapidana terorisme untuk berbagi pengalaman tentang NKRI dan bahaya radikalisme serta terorisme di berbagai forum, seperti di sekolah, masjid, dan tempat lainnya,” jelasnya.
Pemprov Jatim juga konsisten dalam melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai bahaya radikalisme dan terorisme kepada masyarakat. Bersama Polda Jatim, Kodam V/Brawijaya, dan Kementerian Agama Wilayah Jatim, Pemprov memberikan pelatihan kepada tim penyuluh terpadu antiradikalisme.
“Kami juga melakukan sosialisasi dan edukasi kepada siswa-siswi SMA/SMK sederajat di Jatim dengan memberikan materi pendidikan mengenai bahaya terorisme dan radikalisme,” tambahnya.
Menurut Adhy, penting untuk memberikan pemahaman kepada siswa tingkat SMA/SMK karena mereka rentan terhadap provokasi, sugesti, dan upaya cuci otak oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab, terutama saat mereka baru memasuki dunia kampus.
“Mereka sangat rentan, terutama saat baru menjadi mahasiswa baru. Dalam proses mencari jati diri, mereka bisa saja disusupi ideologi radikalisme, terorisme, dan ajaran yang bertentangan dengan Pancasila,” tuturnya.
Oleh karena itu, Adhy menekankan pentingnya menanamkan jiwa nasionalisme yang kuat sejak di bangku SMA sederajat, diimbangi dengan pemahaman nilai-nilai agama yang benar sejak dini.
“Saya percaya penanaman nilai-nilai nasionalisme dan spiritual harus seimbang, sehingga generasi muda tidak mudah terpengaruh oleh ideologi radikal yang berbau kekerasan dan terorisme,” pungkasnya.