Oleh : Dolor Tuo
Dalam hidup, ada sebuah hukum alam yang tak kasat mata, namun nyata dalam keseharian kita: kebaikan akan selalu terlihat, dan keburukan akan selalu ketahuan. Pepatah ini mengingatkan kita bahwa tindakan-tindakan yang kita lakukan, baik atau buruk, pada akhirnya akan terungkap dengan sendirinya. Tidak ada yang benar-benar bisa disembunyikan dari mata dunia, apalagi dari Tuhan yang Maha Mengetahui.
Setiap hari, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan. Pilihan untuk melakukan kebaikan atau keburukan. Ketika seseorang memilih untuk berbuat baik, tindakan tersebut sering kali terlihat jelas dan memberikan dampak yang positif bagi lingkungan sekitarnya. Kebaikan adalah seperti cahaya yang tidak bisa disembunyikan; ia akan terus memancarkan sinarnya, meskipun hanya dalam bentuk kecil dan sederhana.
Misalnya, ketika kita membantu seseorang yang kesulitan, meskipun tanpa sepengetahuan orang lain, kebaikan itu akan kembali kepada kita dalam bentuk yang tak terduga. Bisa jadi dalam bentuk senyuman, doa, atau bahkan bantuan dari orang lain ketika kita sendiri membutuhkan. Kebaikan memiliki energi positif yang menyebar dan menciptakan lingkaran kebaikan yang tak berujung. Bahkan, saat kita merasa tak ada yang memperhatikan kebaikan kita, sebetulnya alam semesta meresponsnya dengan cara yang mungkin belum kita sadari.
Sebaliknya, keburukan adalah seperti bayangan gelap yang sulit untuk disembunyikan. Meskipun keburukan sering kali dilakukan secara sembunyi-sembunyi atau dalam kegelapan, pada akhirnya ia akan muncul ke permukaan. Keburukan memiliki cara unik untuk terungkap. Jika tidak ketahuan oleh sesama manusia, maka keburukan tersebut akan membawa dampak buruk pada diri pelakunya sendiri. Contohnya, ketika seseorang melakukan kebohongan, cepat atau lambat, kebohongan itu akan terbongkar. Mungkin tidak sekarang, mungkin tidak dalam waktu dekat, tetapi kebenaran pada akhirnya akan muncul, dan keburukan tersebut akan dikenali.
Dalam kehidupan ini, ada banyak contoh di mana orang-orang berusaha menutupi keburukan mereka. Mereka berpikir bahwa selama tidak ada yang tahu, mereka aman. Namun, ketahuilah bahwa keadilan alam akan selalu berjalan. Seperti pepatah lama yang mengatakan, “sepandai-pandainya tupai melompat, akhirnya jatuh juga.” Begitu pula keburukan yang tersembunyi, suatu saat akan terungkap, entah dengan cara apa.
Pada akhirnya, hidup ini adalah tentang pilihan-pilihan kecil yang kita buat setiap hari. Pilihan-pilihan itu, apakah untuk melakukan kebaikan atau keburukan, akan membentuk siapa kita dan bagaimana dunia memandang kita. Saat kita memilih untuk melakukan kebaikan, meskipun kecil, kita sedang menabur benih yang suatu saat akan berbuah kebaikan pula. Sebaliknya, ketika kita memilih untuk berbuat buruk, kita sedang menanam duri yang bisa melukai diri sendiri di kemudian hari.
Pepatah “kebaikan kelihatan, keburukan ketahuan” mengajarkan kita untuk selalu berhati-hati dalam bertindak. Jangan pernah meremehkan nilai dari kebaikan sekecil apa pun, dan jangan pernah berpikir bahwa keburukan yang kita lakukan akan selalu tersembunyi. Kita adalah bagian dari sistem alam yang lebih besar dari diri kita sendiri, di mana setiap tindakan memiliki konsekuensi. Kebaikan akan selalu mendapat tempat dalam hati orang lain, dan keburukan akan selalu dicatat sebagai pelajaran, baik oleh diri kita maupun orang lain.
Renungan ini mengajak kita untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik. Setiap hari adalah kesempatan untuk melakukan hal-hal baik yang akan memberikan dampak positif pada diri sendiri dan orang lain. Jangan pernah lelah untuk berbuat baik, karena kebaikan yang kita lakukan akan kembali kepada kita dengan cara yang tak terduga. Dan berhati-hatilah dalam setiap tindakan, karena keburukan, sebaik apa pun kita menyembunyikannya, akan selalu terungkap pada akhirnya.
Jadi, marilah kita hidup dengan kesadaran bahwa kebaikan selalu terlihat dan keburukan selalu ketahuan. Biarlah hidup kita dipenuhi dengan tindakan-tindakan yang positif, sehingga kita bisa menjadi cahaya bagi orang lain dan hidup dengan hati yang damai.
Editor : Zainul Arifin