PASURUAN, RadarBangsa.co.id – Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, turun langsung bersama Baznas Jatim dan LAZ Se Kabupaten Pasuruan untuk menyerahkan santunan kepada 1.000 anak yatim di Kantor PCNU Kabupaten Pasuruan, pada hari Selasa (2/4/2024).
Dalam kesempatan tersebut, Khofifah secara khusus mengajak anak-anak yatim yang hadir, jamaah Muslimat NU, dan masyarakat Pasuruan untuk bersemangat menjemput malam Lailatul Qadr, terutama karena telah memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadhan.
“Anak-anakku semua, dan semua yang hadir, mari bersama-sama berlomba mendapatkan Lailatul Qadr. Jika ibu atau bapak masih tidur di malam hari, mari kita bangunkan mereka, ajaklah untuk sholat malam, berdoa untuk kebaikan keluarga, Pasuruan, Jawa Timur, dan Indonesia. Semoga kita termasuk yang dipilih untuk bertemu dengan Lailatul Qadr,” kata Khofifah.
Selain itu, dalam kesempatan tersebut, Khofifah juga mengajak anak-anak yatim yang hadir untuk membaca Surah Al-Qadr dari Al-Quran. Ia memilih beberapa anak untuk maju ke depan, membaca Surah Al-Qadr, dan memberikan hadiah Al-Quran. Khofifah sangat terkesan ketika salah satu anak yatim membacakan Surah Al-Qadr dengan lancar dan bacaan serta suaranya yang bagus.
Lebih lanjut, Gubernur Jatim periode 2019-2024 itu menceritakan kisah tentang Syekh Imam Abu Hasan As-Sadzili, seorang ulama, sufi, dan ahli tarekat asal Maroko yang terkenal kaya raya dan dermawan.
“Menurut Imam Abu Hasan Assadzili, sepanjang hidupnya, beliau selalu bertemu dengan Lailatul Qadr. Sehingga beliau bisa merumuskan bahwa Lailatul Qadr akan turun pada malam ke-27 dari bulan Ramadhan jika puasa dimulai pada hari Selasa. Artinya, tinggal beberapa hari lagi,” kata Khofifah.
“Walau begitu, jangan tinggalkan i’tikaf di malam-malam selain malam ke-27. Manfaatkan malam ganjil dalam 10 hari terakhir Ramadhan untuk bermunajat dan memaksimalkan ibadah agar kita benar-benar mendapatkan Lailatul Qadr,” imbuhnya.
Khofifah melanjutkan kisah Imam Abu Hasan Assadzili dengan menceritakan bahwa dengan kearifan dan amalan ibadah yang begitu besar, beliau sempat membuat wasiat. Wasiatnya adalah agar ketika beliau wafat, dimakamkan di tempat yang tidak pernah digunakan untuk perbuatan maksiat.
“Beliau wafat dalam perjalanan dari Alexandria menuju Makkah. Bayangkan betapa pusingnya para santri dan pengikut beliau terhadap wasiat Imam Abu Hasan Assadzili. Setelah bermusyawarah, akhirnya diputuskan beliau dimakamkan di tempat yang belum berpenghuni, yaitu di gurun pasir bernama Humaitsarah yang terletak di antara daerah Luxor dan Qina, Mesir,” kata Khofifah.
Dengan menceritakan kisah inspiratif tentang Imam Abu Hasan Assadzili, Khofifah berharap agar anak-anak yatim yang hadir dan seluruh masyarakat Pasuruan tergerak untuk semangat menjemput Lailatul Qadr, malam yang lebih baik dari seribu bulan.
“Anak-anakku yang bercita-cita menjadi dokter, ingin bergabung dengan TNI atau Polisi, bermimpi menjadi gubernur, atau mendambakan posisi pejabat, semoga semua cita-cita kalian dikabulkan oleh Allah SWT. Kunci kesuksesan ada pada ketekunan belajar, menghormati orang tua dan guru, serta terus berdoa kepada Allah SWT,” pungkasnya.