SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI, Dr. Lia Istifhama, M.E.I, menyoroti peran penting yang dimainkan oleh Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) dalam berbagai sektor, terutama pendidikan, kesehatan, dan sosial. Ia menilai bahwa organisasi ini telah menunjukkan kontribusi luar biasa dalam memberdayakan perempuan dan masyarakat secara luas.
Menurut Ning Lia, sapaan akrabnya, Muslimat NU tidak hanya berkembang secara nasional, tetapi juga mulai diakui di tingkat internasional. Hal ini terlihat dari antusiasme yang tinggi dalam Kongres Muslimat NU yang digelar di Jawa Timur baru-baru ini. “Saya melihat kemarin Kongres Muslimat NU begitu antusiasnya di Jawa Timur. Apalagi setelah Bu Khofifah terpilih sebagai Ketua Dewan Pembina dan Bu Arifah menjadi Ketua PP Muslimat NU, terasa banget perjuangan kader-kader Muslimat NU yang berjuang untuk bangsa ini dari masa ke masa,” ujar Ning Lia, yang juga merupakan putri almarhum KH Masykur Hasyim.
Dalam pandangannya, peran strategis Muslimat NU dalam pendidikan perempuan dan pemberdayaan sosial sangat vital, terutama dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat Indonesia. Sejak didirikan, Muslimat NU telah menjadikan pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam upaya menciptakan pembangunan berkelanjutan.
Ning Lia menegaskan bahwa pendidikan, khususnya bagi perempuan, memiliki dampak langsung terhadap kemajuan sosial dan ekonomi bangsa. Sejak tahun 1950-an, Muslimat NU sudah menaruh perhatian besar pada pengentasan buta huruf di kalangan perempuan. Komitmen ini terus berlanjut dengan pendirian berbagai lembaga pendidikan yang dinaungi oleh organisasi ini.
Pencapaian signifikan Muslimat NU dalam dunia pendidikan terlihat dari berbagai lembaga yang telah mereka dirikan. Yayasan Pendidikan Muslimat NU Bina Bakti Wanita (YPM), yang dibentuk pada tahun 1992, kini mengelola lebih dari 13.500 TPQ dan 9.800 TPA/RA di seluruh Indonesia. Selain itu, Muslimat NU juga mendirikan TK serta Majelis Taklim untuk para ibu guna meningkatkan wawasan keagamaan dan keterampilan mereka.
Selain pendidikan, Muslimat NU juga berperan aktif dalam bidang kesehatan dan sosial. Ning Lia mengapresiasi organisasi ini karena telah mendirikan berbagai fasilitas layanan kesehatan, termasuk lebih dari 100 panti asuhan dan 74 rumah sakit atau Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) yang tersebar di seluruh Indonesia.
“Peran Muslimat NU dalam pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan sangat luar biasa. Dengan kontribusinya dalam bidang kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan, Muslimat NU menunjukkan kepedulian yang sangat besar terhadap masyarakat, terutama di daerah-daerah terpencil,” ungkapnya.
Layanan kesehatan yang diberikan Muslimat NU tidak hanya terbatas pada rumah sakit dan klinik, tetapi juga program-program sosial lainnya seperti pendampingan bagi ibu hamil, bantuan untuk lansia, serta penyuluhan kesehatan bagi masyarakat miskin.
Di samping bidang pendidikan dan sosial, Muslimat NU juga aktif dalam bidang dakwah. Melalui organisasi Hidmat, yang dibentuk oleh para daiyah Muslimat NU dan Fatayat NU, berbagai kegiatan dakwah rutin dilakukan, seperti pengajian, tabligh akbar, serta lailatul ijtima’ tahlil kubro. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan memperkuat ajaran Islam di kalangan umat dan memberikan pemahaman agama yang lebih mendalam.
Dalam kancah politik, Muslimat NU memiliki sejarah panjang dalam memperjuangkan hak-hak perempuan dan kepentingan umat Islam. Sejak awal berdirinya, organisasi ini telah aktif dalam pemilu dan menempatkan perwakilannya di parlemen. Saat ini, lima tokoh Muslimat NU telah duduk di kursi legislatif, menunjukkan eksistensi dan pengaruh organisasi ini dalam perpolitikan nasional.
Namun, peran Muslimat NU dalam politik tidak hanya terbatas pada parlemen. Mereka juga aktif dalam membangun kesadaran politik di masyarakat, memperjuangkan hak-hak perempuan, dan memastikan kebijakan pemerintah selaras dengan prinsip keadilan sosial.
Menurut Ning Lia, Muslimat NU memiliki potensi besar untuk berkembang secara internasional, terutama dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan perempuan. Ia menilai bahwa peran Muslimat NU dalam menghadapi tantangan global, seperti kesenjangan gender, kemiskinan, dan akses terhadap pendidikan, semakin relevan di era modern ini.
“Di era globalisasi ini, peran Muslimat NU harus semakin diakui tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di dunia internasional. Peran mereka dalam pendidikan perempuan, dakwah, dan sosial sangat relevan dengan tantangan global yang kita hadapi,” tutur Ning Lia.
Ia berharap Muslimat NU dapat terus memperkuat kiprahnya di tingkat internasional, menjalin kerja sama dengan organisasi perempuan dari negara lain, dan menjadi pelopor dalam isu-isu global yang berkaitan dengan kesejahteraan perempuan dan masyarakat luas.
Sebagai bagian dari DPD RI, Ning Lia berharap agar Muslimat NU terus berkomitmen dalam memperjuangkan pendidikan dan pemberdayaan perempuan, tanpa melupakan nilai-nilai moderat dan damai yang diajarkan oleh Nahdlatul Ulama. Ia optimistis bahwa dengan konsistensi dan adaptasi terhadap perkembangan zaman, Muslimat NU bisa semakin berkembang dan menjadi organisasi global yang memberikan manfaat bagi dunia.
“Saya yakin Muslimat NU memiliki potensi besar untuk menjadi organisasi internasional yang berperan aktif dalam berbagai isu global, terutama dalam pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan. Organisasi ini dapat menjadi contoh bagi dunia tentang bagaimana kekuatan perempuan dapat mendorong perubahan sosial yang positif,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin