JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Momentum Hari Kebaya Nusantara menjadi refleksi penting akan identitas dan karakter perempuan Indonesia. Kebaya bukan hanya sekadar pakaian adat, melainkan simbol nilai luhur, kelembutan, dan kekuatan perempuan. Hal ini disampaikan oleh Anggota DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, yang menegaskan bahwa kebaya merepresentasikan kecantikan sejati perempuan Indonesia.
“Kebaya bukan hanya warisan, tetapi juga narasi tentang perempuan Indonesia yang lembut namun kuat, anggun namun cerdas, sederhana namun berdaya,” ujar Ning Lia, sapaan akrab senator yang juga dikenal sebagai tokoh perempuan Nahdliyin.
Menurutnya, kecantikan perempuan tidak hanya diukur dari penampilan fisik, melainkan dari keberanian menjaga nilai dan budaya yang diwariskan. Kebaya, dalam pandangannya, adalah simbol penghormatan terhadap diri sendiri, martabat, dan jati diri bangsa.
“Kebaya itu simbol kehormatan. Ia menutup, tapi tidak menyembunyikan keanggunan. Ia tradisional, tapi tidak kalah modern. Dan di balik itu, ia membawa pesan keanggunan dalam akhlak dan kearifan lokal,” jelas Ning Lia.
Perempuan yang juga dijuluki “Senator Idola” ini menyoroti pentingnya membangun kesadaran kolektif bahwa kecantikan sejati tidak tunduk pada standar global yang kerap menyesatkan. Ia mengajak seluruh perempuan Indonesia untuk tidak terjebak dalam narasi sempit tentang kecantikan yang hanya mengutamakan warna kulit atau bentuk tubuh.
“Kita tidak harus putih untuk disebut cantik, tidak harus kurus untuk disebut menarik. Cukup menjadi perempuan Indonesia yang percaya diri dengan kebudayaannya, itu sudah luar biasa,” tegas alumnus UINSA dan UNAIR tersebut.
Ning Lia juga mengapresiasi upaya berbagai elemen masyarakat, aktivis budaya, dan pemerintah dalam memperjuangkan pengakuan kebaya sebagai warisan budaya tak benda dunia (UNESCO). Ia menyebut langkah ini sebagai bentuk konkret kebanggaan terhadap identitas bangsa di panggung global.
“Kalau bukan kita yang menjaga budaya kita, siapa lagi? Mengenakan kebaya di era digital ini bukan hanya mengenang masa lalu, tapi juga menghidupkan warisan leluhur untuk masa depan,” katanya.
Ia menambahkan, Hari Kebaya Nusantara harus menjadi momentum untuk mempertegas peran strategis perempuan dalam menjaga sekaligus menggerakkan budaya bangsa. Kebaya, menurutnya, bukan hanya busana seremonial, tapi simbol semangat perempuan Indonesia yang tangguh dan berbudaya.
“Kebaya menunjukkan bahwa perempuan bisa menjaga budaya tanpa kehilangan nilai dirinya. Maka mari jadikan kebaya bukan hanya sebagai busana acara formal, tetapi sebagai cermin dari jati diri perempuan Indonesia,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin