MALANG KABUPATEN, RadarBangsa.co.id – Distinasi wisata alam dengan sajian tradisional wisata alam atau ekowisata dengan sebuah situs peninggalan purbakala hadir di Kabupaten Malang. Tepatnya di Dusun Nanasan, Desa Ngawonggo Kecamatan Tajinan. Namanya Petirtaan Ngawonggo, memang belum secara resmi dibuka namun sudah terlanjur viral di dunia medsos.
Petirtaan suci ini ditemukan tahun 2017 silam dan sempat tak terawat. Hingga akhirnya tahun 2019 lalu warga sekitar mamanfaatkan lokasi sekitar untuk obyek wisata dengan mendirikan Tomboan, tempat singgah. Petirtaan Ngawonggo dan Tomboan ini dikelola Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Kaswangga.
“Awalnya warga yang peduli bergotong royong membuat sarana prasarana, semua dengan anggaran swadaya, lalu mendirikan Pokdarwis untuk mengelola tempat ini daripada kosong dan tidak ada kegiatan, tapi ini juga belum diresmikan,” ungkap Yasin, Ketua Pokdarwis Kaswangga (17/01/2021)
Yasin menambahkan bahwa, Petirtaan Ngawonggo dan Tomboan ini mengusung konsep ekowisata yang benar-benar menjaga keasrian alam. Khususnya sekitar lokasi situs di tebing Sungai Kali Manten yang dipenuhi pohon bambu, pengunjung diatur dengan tata tertib yang cukup ketat. Diantaranya para tamu wajib berpakaian yang sopan dan bertutur kata santun.
Pengunjung dilarang membawa makanan dan minuman yang mengandung unsur hewani dan dalam kemasan. Kita minimaliskan sampah dari pabrik, agar kita lebih ke alam, kita kurangi sampah. Konsepnya sederhana, kita ingin ekowisata yang sebenar-benarnya
” saat ini belum ada biaya tiket masuk ke lokasi wisata karena kita masih menata di beberapa sektor untuk bisa di sajikan ke pengunjung nantinya baru setelah itu mungkin bisa di ticketkan ” terang yasin
untuk parkir motor maupun mobil, tidak ada ketentuan tarifnya. Lebih menariknya lagi di Tomboan menyediakan makan dan minum, serta jajanan yang bisa dinikmati oleh para pengunjung, juga tanpa ada tarifnya. di papan tata tertib yang terpasang di pintu masuk Tomboan tertulis, “pengunjung tidak diperkenankan bertanya mengenai harga.ini konsep yang saya kira belum ada di indonesia” tegasnya
“Kita memang siapkan makanan, minuman rempah dan jajanan tradisional, sebagai bentuk budaya yang kita jaga. Untuk saat ini memang tidak ada tarifnya, kita hanya siapkan kotak, untuk partisipasi pengunjung, karena kalau dibuat tiket, harus ada pertanggung jawabannya,” jelas Yasin memastikan hingga saat ini Petirtaan Ngawonggo belum ditetapkan sebagai cagar budaya.
Untuk itu, dia berharap petirtaan yang diperkirakan sudah ada sejak abad ke-10 masehi pada masa Kerajaan Medang yang dipimpin oleh Mpu Sindok ini bisa segera mendapat pengesahan dari pemerintah sebagai cagar budaya. Termasuk perlu pembenahan akses jalan menuju lokasi situs yang menyeberangi sungai.
“Rencana akan ada perbaikan jalan, dibuat makadam, konsepnya memang alami, namun tetap ada pengembangan lagi agar tidak monoton. Untuk pengunjung, hari minggu sekitar 1.000 hingga 1.500, kalau hari biasa sekitar 200 lebih itu pas belum PSBB ,” terangnya.
Suasana asri di tepi sungai dan hawa sejuk khas pedesaan menjadi daya tarik tersendiri obyek wisata yang satu ini. Apalagi dengan adanya sumber air di petirtaan, disebut-sebut memiliki khasiat bagi yang mempercayainya. Karena sumber air ini kaya mineral, yang tentu baik untuk kesehatan, apalagi orang dulu tidak sembarangan untuk mencari sumber air,” yakin Yasin.
“Manarik tempatnya, kita santai menikmati alam dan jajanan khas jawa di luar ruangan , seperti di hutan, seperti kembali ke zaman dulu, dengan fasilitasnya juga tradisonal,” ungkap Rifa bersama suaminya mujtahid .
Bagi yang ingin berkunjung ke Petirtaan Ngawonggo, bisa dari tiga jalur yang berbeda. Jika dari Kota Malang, Keluruhan Tlogowaru ke arah timur melewati kantor Kecamatan Tajinan hingga ke Ngawonggo. Jarak tempuh dari Stasiun Kota Malang sekitar 14km, Jalur kedua bisa dari Tumpang, ke arah selatan melewati pasar Tajinan menuju desa Ngawonggo.
Untuk pengunjung dari bandara Abd Saleh melewati Tumpang menempuh jarak sekitar 16 km Alternatif lain, pengunung bisa dari arah Turen, Wajak atau Bululawang. Melewati Desa Kidangbang ke arah utara, hingga menemui papan petunjuk lokasi Petirtaan Ngawonggo dan Tomboan. Jaraknya dari ekowisata Boonpring di Turen sekitar 11 km.
(Win/Do)