SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Momen unik terjadi usai Upacara Puncak Hari Jadi Provinsi Jawa Timur ke-80, pada 22 Oktober 2025. Sosok guru viral asal Lumajang, Ribut Santoso atau yang akrab disapa Pak Ribut, bertemu langsung dengan anggota DPD RI, Lia Istifhama. Pertemuan singkat itu berawal dari obrolan serius tentang rendahnya minat menjadi guru, namun berakhir dengan canda tawa yang kemudian viral di media sosial.
Dalam potongan video yang ramai di Instagram dan TikTok, Pak Ribut tampak berbincang santai dengan Lia. “Ning Lia anggota DPD RI, ya?” tanya Pak Ribut. Lia pun tersenyum sambil menjawab, “Iya.”
Tak disangka, Pak Ribut kemudian “auto spill” nama Ketua DPD RI, Sultan B. Najamudin. “Aku pernah kenal sama Ketua DPD RI, Pak Sultan Najamudin. Aku sering dibantu, bahkan dibangunkan sanggar sama beliau,” katanya dengan nada bangga.
Lia menanggapi dengan tawa. “Ooh, Pak Sultan hebat nih. Tapi kalau dilihat-lihat, Pak Sultan kan ganteng ya, tapi kalau sudah ketemu Pak Ribut, ya kayak 11-12 gantengnya,” ujarnya, disambut gelak tawa dari orang di sekitarnya.
Video pertemuan itu mendapat banyak respon positif, termasuk dari Sultan Najamudin sendiri yang dikenal dekat dengan masyarakat dan aktif mendukung dunia pendidikan.
Pak Ribut sendiri dikenal luas setelah kisahnya sebagai guru honorer SD di Lumajang viral lantaran menerima gaji hanya Rp25 ribu per bulan. Meski dengan penghasilan minim, ia tetap menunjukkan semangat mengajar dan humor segar lewat konten-kontennya di TikTok, salah satunya video sapi makan martabak yang sempat viral.
Sementara itu, Lia Istifhama yang juga dikenal sebagai keponakan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa, menyampaikan rasa hormatnya pada ketulusan Pak Ribut. “Saya sangat menghargai sosok Pak Ribut yang tetap bersyukur dengan penghasilan kecil. Itu contoh nyata keikhlasan seorang pendidik,” ujarnya.
Lia juga bercerita bahwa dirinya pernah merasakan hal serupa sebelum menjadi anggota DPD RI. “Dulu saya juga pernah menerima honor Rp25 ribu per mata kuliah saat masih mengajar di malam hari, setelah bekerja di kantor. Tidak besar, tapi penuh keberkahan,” ungkapnya.
Ia menegaskan, profesi guru adalah ladang amal yang penuh nilai. “Saya percaya, keberkahan dalam hidup saya sekarang adalah buah dari pengabdian di dunia pendidikan. Menjadi guru, sekecil apa pun honornya, tetap pekerjaan mulia,” tuturnya.
Momen antara Pak Ribut dan Lia Istifhama ini pun menjadi simbol bahwa ketulusan dalam mengabdi akan selalu menginspirasi—tanpa memandang jabatan ataupun gaji.
“Yang penting ikhlas, karena dari situ keberkahan datang,” pungkas Lia dengan senyum hangat.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin