MALANG, RadarBangsa.co.id – Secara kasat mata memang gempa yang terjadi beberapa waktu lalu di Kabupaten Malang adalah bencana yang terjadi karena alam. Namun bisa kita lihat dari sisi kacamata Ki Wahyu yang juga pengasuh Padepokan Eyang Panji ini mengatakan Dalam dunia spiritual diyakini bahwa setiap kejadian alam baik itu gempa bumi (lindu), gerhana bulan, gerhana matahari dan lain-lain adalah petunjuk maupun peringatan Allah SWT.
Seperti yang dituturkan Sunan Kalijaga dalam layang Jamus Kalima Sada diterangkan kalau semua ayat-ayat Allah begitu banyak sehingga tidak semuanya tersurat dalam kitab suci. Bahkan ayat-ayat Tuhan andaikan tertulis langit sebagai kertasnya dan air laut sebagai tintanya tidak bakalan muat, karena begitu banyaknya ayat-ayat kehidupan yang datangnya dari Allah,”jelas Ki Wahyu,Senin(19/4).
Selanjutnya Ki Wahyu juga menanggapi terkait gempa malang selatan yang pada saat itu juga ikut turun untuk menyerahkan bantuan kepada korban gempa bersama ormas serta relawan ,komunitas dan wartawan Kota Malang yang mengatakan bahwa kejadian alam seperti Lindu (Gempa bumi) itu menurut para leluhur kita (spiritualis Jawa) dapat dibaca sebagai peringatan Allah kepada kita semua mengenai apa yang akan terjadi di dunia pada umumnya Nusantara pada khususnya.
Berdasarkan hari kejadian Gempa Bumi ukuran besar di hari Sabtu Legi (sabtu =9 dan legi = 5) yaitu jumlah naptu 14 jatuh hitungan lara atau sakit , Hal ini bisa jadi suatu gambaran akan terjadi musibah alam atau wabah penyakit yang menprihatinkan, atau karena terjadinya hari sabtu legi yang dibawah naungan wuku Sungsang maka digambarkan kalau bakalan terjadi susah pangan, yaitu akan terjadi keprihatinan masalah ekonomi yang melanda negeri ini.
“Dunia pewayangan dikisahkan melalui cerita Mencari Wahyu Purbasejati atau Waluya sejati. Suatu negara akan terbebas dari musibah apapun mulai dari banyak penyakit yang melanda sampai kesulitan ekonomi sehingga banyak rakyat yang hidup serba kekurangan akan segera pulih kembali kalau ditangkal dengan Wahyu Purbasejati atau Waluyasejati yaitu kalau bisa mengusir manusia yang sok suci tapi tidak suci,”tuturnya.
“Manusia yang sok ulama tapi justru tidak menunjuk sikap ulama atau harus sirnanya seorang resi atau tokoh agama yang bersuara lantang ada serak basahnya kalau bicara selalu dihiasi dengan kata-kata jorok, finah, adu domba bahkan cenderung membenci atau menghina pemerintah yang sah begitu selalu yang keluar dari ucapannya.
“Kalau mampu memegang dan menghukum orang-orang seperti itu maka semua kejadian yang memprihatinkan akan segera sirna dari negara kita.
Tapi kalau tidak justru akan terjadi tindak kriminalisasi yang cenderung meningkat dratis” tegasnya saat di jumpai di padepokannya jalan Perum Taman Janti G-1
(win).