PONOROGO, RadarBangsa.co.id – Doa dan dukungan mengalir untuk penyelesaian Monumen Reog dan Museum Peradaban (MRMP) di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Majelis Dzikir Surau Qutubul Amin (SQA) mendoakan agar proyek raksasa kebanggaan daerah itu segera rampung dan menjadi ikon budaya yang dikenal di tingkat dunia.
Ketua Majelis Silaturahmi SQA, H. Suroso Surya Atmadja, mengatakan bahwa pembangunan monumen tertinggi di Indonesia itu menjadi bukti nyata cinta terhadap warisan budaya. “Kita patut bersyukur, kesenian tradisional Reog sudah diakui dunia lewat UNESCO. Maka, mendukung pembangunan Monumen Reog dan Museum Peradaban Ponorogo adalah wujud kecintaan kita terhadap bangsa,” ujarnya, Senin (6/10/2025).
Ucapan itu disampaikan saat Suroso mendampingi Pembina Yayasan SQA, Ibunda Hj. Dra. Erlina KY, dalam kunjungan langsung ke lokasi pembangunan di Kecamatan Sampung, Minggu (5/10/2025). Rombongan SQA juga didampingi Irjen Pol (Purn) Istiono dan Brigjen Pol Eko Nugrohadi dari Mabes Polri.
Monumen yang dibangun di atas lahan 29 hektar itu berdiri megah di perbukitan kapur perbatasan Ponorogo–Magetan. Dengan tinggi mencapai 126 meter, monumen ini bahkan melampaui Garuda Wisnu Kencana di Bali yang setinggi 121 meter.
Ibunda Hj. Erlina KY, yang juga istri Guru Besar Tarekat Naqsyabandiyah Al Khalidiyah, Prof. Dr. H. Kadirun Yahya Muhammad Amin Al Khalidi, MSc, menilai pembangunan monumen tersebut sebagai karya monumental bernilai spiritual dan historis. Ia menghabiskan hampir dua jam meninjau konstruksi dan menilai proyek ini bukan sekadar infrastruktur, tetapi juga bagian dari perjalanan panjang kebudayaan Nusantara sejak masa akhir Kerajaan Majapahit abad ke-15.
“Beliau mengapresiasi dan berharap monumen ini menjadi karya seni mendunia, bukan hanya kebanggaan Ponorogo, tapi juga kebanggaan bangsa Indonesia,” kata Suroso.
Sementara itu, Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko, yang turut mendampingi rombongan, mengaku bersyukur atas doa dan dukungan yang diberikan. Ia menjelaskan bahwa pembangunan tahap pertama sudah mencapai tahap akhir. “Kami sangat berterima kasih atas doa Ibunda Erlina dan Majelis Dzikir SQA. Semoga Monumen Reog ini membawa manfaat besar bagi masyarakat,” ujar Sugiri.
Menurut Sugiri, selain menjadi simbol budaya, proyek MRMP juga diharapkan menjadi penggerak ekonomi baru. “Harapan kami, monumen ini dapat menciptakan ekosistem ekonomi baru dan menyejahterakan rakyat,” tambahnya.
Ia juga menegaskan, pengakuan Reog Ponorogo sebagai Warisan Budaya Takbenda Dunia oleh UNESCO pada 23 Desember 2024 menjadi tonggak penting kebangkitan budaya lokal. Setelah tahap pertama rampung, Pemkab Ponorogo akan melanjutkan pembangunan tahap kedua pada tahun anggaran 2026, termasuk digitalisasi museum dan penataan dinding relief yang menceritakan peradaban Reog.
“Ponorogo semakin yakin bisa dikenal dunia melalui karya budaya dan doa yang tulus dari seluruh masyarakat,” ujar Sugiri, menutup pernyataannya penuh optimisme.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin