MALANG, RadarBangsa.co.id – Atlet sepak bola putri Kota Malang menjerit, minimnya dukungan dari berbagai pihak, membuat perkembangan sepak bola putri Kota Malang terhambat terlebih selain kurangnya fasilitas dan pelatih, para atlet juga menghadapi tantangan dalam hal finansial.
“Selama ini club sepakbola putri di kota Malang belum ada, jadi kami berjuang keras sendiri untuk membiayai kebutuhan latihan,” tutur Efra kepada awak media pada Selasa sore (29/10) di stadion luar Gajayana
Minimnya perhatian dari pemerintah, federasi, dan sponsor membuat para atlet merasa tidak didukung. Terlebih banyak pemain yang hadir berlatih merupakan atlet Porprov dan mantan pemain Porprov.
Erfa yang notabene mantan pemain Porprov tahum 2019, 2022, 2023 terlibat di PSSI kota Malang mengungkapkan kekhawatiran akan masa depan sepak bola putri Kota Malang semakin nyata, dimana masa depan sepak bola putri semakin gelap dan regenerasi terhenti.
Minimnya regenerasi pemain menjadi masalah serius dan serasa berada dalam lingkaran setan. Pemain-pemain yang ada saat ini sulit berkembang karena kurangnya kompetisi yang berkualitas dan kesempatan untuk berlatih dengan pelatih yang kompeten. Akibatnya, prestasi sepak bola putri Kota Malang pun stagnan.
“Terus tidak ada regenerasi jadi pemain ini stuck disini saja, jadi pemain ya ini-ini saja regenerasi tidak ada,” lanjut Erfa.
Tanpa adanya pembinaan yang serius dan dukungan yang memadai, sulit bagi para atlet untuk meraih prestasi yang lebih tinggi.
“Kami ingin berprestasi untuk Kota Malang, tapi rasanya seperti tidak ada jalan,” ungkap Erfan yang diamini rekan-rekannya.
Selain itu tidak adanya kompetisi yang berkualitas dan peluang untuk bergabung dengan klub profesional membuat para atlet merasa masa depan mereka menjadi tidak pasti.
“Jadi tidak ada yang mewadahi, kita mau berkembang itu tidak ada jembatannya, apakah timnas atau pro mungkin, jadi tidak ada sarana prasarana yang mewadahi atlet yang berprestasi sangat menyedihkan,” ujarnya.
Disinggung terkait pembinaan sepak bola putri di Kota Malang, Efra mengatakan masih jauh dari kata ideal. Kurangnya fasilitas latihan yang memadai, seperti lapangan berstandar, alat latihan yang lengkap, hingga ruang ganti yang layak, menjadi kendala utama. Para atlet muda berbakat pun kesulitan mengembangkan potensi mereka.
“Masih belum maksimal, sangat jauh dari kata maksimal, Indikasinya arena, sarana dan prasarana, pelatih, internal dan eksternal nya belum siap,” keluhnya.
Minimnya dukungan infrastruktur ini membuat para atlet merasa kurang dihargai dan semangat mereka pun meredup terlebih kompetisi daerah tidak ada.
“Dari mulai Covid sampai sekarang kompetisi itu masih belum ada cuma Porprov, Porprov saja. Jadi jenjangnya itu langsung provinsi, daerah itu belum ada,” lanjutnya.
Keinginan para atlet sepak bola putri Kota Malang mereka diwadahi dan ada pembinaan usia junior dan senior
“Harapannya sarana prasarana itu minimal di kota Malang ada club khusus sepakbola wanita, dari umur 12,15,17 sampai 20an, usia pembinaan dini sampai senior,” pungkasnya.
Penulis : Agus Sutiyono
Editor : Zainul Arifin