BANYUWANGI, RadarBangsa.co.id – Pemkab Banyuwangi memfasilitasi dan mendukung pasar takjil Ramadan di 25 kecamatan se-kabupaten. Tidak hanya mendorong geliat perekonomian warga, kebijakan memperbolehkan pasar takjil itu juga bermanfaat mempermudah pengawasan protokol kesehatan (prokes) serta higienitas makanan yang dijajakan para pelaku usaha mikro tersebut.
Hal itu diungkapkan Bupati Ipuk Fiestiandani saat meluncurkan Pasar Takjil (Pasti) Ramadan di Jalan Brigjen Katamso, Banyuwangi, Selasa sore (13/4/2021). Di tempat berbeda, Wabup Sugirah juga meresmikan pasar takjil di Desa Kebaman, Kecamatan Srono.
Bupati Ipuk mengatakan, pasar takjil ini diharapkan memberikan dampak positif bagi pelaku UMKM di Banyuwangi.
“Pandemi Covid-19 belum berlalu. Tapi, kami sadari, ekonomi rakyat harus tetap jalan. Untuk itu, saya mengizinkan pasar takjil beroperasi, namun protokol kesehatan tetap harus dikawal. Pengunjung dan penjual harus disiplin pakai masker, jaga jarak, maupun sediakan hand sanitizer,” ujar Ipuk.
“Lewat satgas akan kami pantau pelaksanaan di lapangan. Ekonomi jalan, tapi penularan covid-19 bisa kita hindari,” imbuh Ipuk.
Ada 64 pelaku UMKM yang membuka stan di ruas jalan yang berlokasi di utara kantor DPRD Banyuwangi tersebut. Mereka menjual aneka makanan serta minuman yang biasa disediakan untuk takjil. Mulai makanan ringan seperti patola, kue bagiak, kolak, hingga aneka makanan berat.
Para pengunjung yang datang ke sana harus berjalan kaki dan wajib mematuhi aturan 3 M. Jarak antar penjual ditata sedemikian rupa agar tidak berjubel.
“Makanan-minuman yang dijual juga dilakukan uji sampel yang dilakukan oleh Laboratrium Kesehatan Daerah (labkesda).
Mobil labkesda rutin turun ke pasar takjil untuk memastikan makanan yang dijual di sana aman dikonsumsi. Sehingga pembeli juga makin yakin, ujungnya dagangan UMKM laris,” papar bupati perempuan tersebut.
“Alhamdulillah, tidak ditemukan makanan yang mengandung zat berbahaya di sini,” kata Ipuk.
Di pasar takjil, para pengunjung juga dianjurkan melakukan pembayaran cashless untuk menekan resiko penularan covid 19. Pembeli tidak perlu membayar pakai uang tunai, tetapi cukup melakukan pemindaian (scan) barcode yang tersedia di lapak pedagang dan melakukan pembayaran sesuai nominal pembeliannya.
“Menyenangkan pembayaran dengan cara ini. Praktis. Kami tidak bingung lagi mencari uang kembalian,” ujar Heri Puji, penjual es susu yang dagangannya dibeli Ipuk.
Ipuk mengungkapkan, pasar takjil ini juga bagian dari menjaga tradisi Ramadan namun menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Selain itu juga untuk memperkuat solidaritas sosial warga.
“Tidak hanya untuk memulihkan perekonomian, namun sekaligus mendorong budaya saling membantu tetap terjaga. Misalnya, ASN yang gajinya relatif stabil, diharapkan berbelanja takjil di pasar ini untuk membantu para pelaku UMKM,” ujarnya.
Pasar takjil mendapat respons positif dari pelaku usaha mikro. Salah satunya datang dari Iftitah Dian, penjual kue tradisonal, es kuwut, dan kolak gula aren. Dian dan suaminya yang pasangan teman rungu selama ini menerima pesanan kue dari tetangga sekitarnya.
“Kami senang ada pasar ini. Kesempatan bagi kami untuk mempromosikan dagangan kami, dan memperluas pasar kami. Semoga membawa keberkahan bagi kami,” ujar Dian. (Har)