Peringatan Hari Internasional Tanpa Sampah, Khofifah Ajak Masyarakat Giat Pilah dan Kelola Sampah, Dimulai dari Skala Terkecil

Khofifah
Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa

KOTA SURABAYA, RadarBangsa.co.id – Ketua Umum PP Muslimat NU, Khofifah Indar Parawansa, mendorong semua elemen masyarakat untuk lebih aktif dalam pemilahan dan pengelolaan sampah, mulai dari sampah rumah tangga hingga sampah industri, demi menjaga keberlanjutan lingkungan.

Ajakan tersebut disampaikan oleh Khofifah pada Hari Internasional Tanpa Sampah yang diperingati oleh PBB setiap tanggal 30 Maret.

Bacaan Lainnya

Menurut Khofifah, peringatan ini memiliki tujuan yang penting. Hal ini bertujuan untuk mengingatkan manusia akan pentingnya pengelolaan sampah secara global, serta perlunya mengubah pola konsumsi dan produksi menuju keberlanjutan.

“Manajemen sampah memiliki peran krusial dalam upaya kita untuk menjaga lingkungan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini, kami mengajak masyarakat untuk lebih sadar dalam mengelola sampah, dimulai dari diri sendiri dan dari rumah masing-masing,” ujar Khofifah pada Sabtu (30/3/2024).

Salah satu langkah yang dapat dilakukan dalam mendukung Hari Internasional Tanpa Sampah adalah dengan menggalakkan kembali keberadaan Bank Sampah.

Khofifah menegaskan bahwa bank sampah merupakan salah satu solusi untuk melakukan pemilahan, pengolahan, dan mengurangi volume sampah. Untuk mengatasi masalah volume sampah yang terus bertambah, bank sampah dapat menjadi solusi untuk mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke lingkungan.

Bank sampah menerapkan prinsip reduce, reuse, dan recycle (3R). Reduce bertujuan untuk mengurangi penggunaan barang sekali pakai yang berpotensi menjadi sampah. Reuse berfokus pada memperbaiki barang agar bisa digunakan kembali. Sedangkan recycle mencakup proses mengubah bahan yang tidak terpakai menjadi barang baru.

Di Indonesia, bank sampah dibagi menjadi dua berdasarkan wilayah administratifnya. Bank Sampah Induk (BSI) bertanggung jawab atas pengolahan sampah di tingkat kota dan kabupaten, sementara Bank Sampah Unit (BSU) mengelola sampah di wilayah yang lebih kecil seperti RT/RW, sekolah, dan instansi swasta.

Menurut data terbaru dari Sistem Informasi Manajemen Bank Sampah yang disediakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Jawa Timur memiliki jumlah BSU terbanyak di Indonesia.

“Berdasarkan data KLHK, hingga akhir tahun 2023, Jawa Timur memiliki 4.932 unit Bank Sampah Unit, jumlah terbanyak di antara provinsi lain di Indonesia. Dengan pencapaian ini, Jawa Timur berhasil mengumpulkan dan mengelola sebanyak 516,19 ton sampah pada tahun 2023,” tegas Khofifah.
Setelah Jawa Timur, peringkat kedua dipegang oleh Provinsi Jawa Barat dengan 4.107 unit BSU, diikuti oleh Jawa Tengah dengan 3.694 unit BSU. Kemudian, Provinsi Riau menduduki posisi keempat dengan memiliki 3.534 unit BSU yang tersebar di seluruh wilayahnya. DKI Jakarta hadir di posisi kelima dengan memiliki 2.589 unit BSU.

Namun, kehadiran BSU saja tidaklah cukup untuk menanggulangi volume sampah nasional yang terus bertambah. Diperlukan partisipasi aktif dari seluruh lapisan masyarakat dan pemerintah agar permasalahan sampah di Indonesia dapat teratasi dengan baik.

“Oleh karena itu, kami mendorong masyarakat untuk aktif dalam melakukan pemilahan sampah, mulai dari skala rumah tangga. Tindakan pemilahan ini akan memberikan manfaat yang besar bagi bumi tempat tinggal kita,” ungkap Khofifah.

Pertama, partisipasi masyarakat dalam prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Hal ini karena pengurangan, penggunaan kembali, dan daur ulang akan secara signifikan menurunkan emisi gas rumah kaca.

Selanjutnya, pengelolaan sampah juga akan mengurangi polusi udara dan melestarikan sumber daya alam. Proses daur ulang akan menghambat sampah masuk ke tempat pembuangan sampah dan insinerator, sambil menyediakan bahan daur ulang bagi produsen untuk menghasilkan barang baru.

“Selain manfaat lingkungan, pengelolaan sampah dengan bank sampah juga memiliki manfaat ekonomi. Pendekatan zero waste mendorong pengembangan ekonomi sirkular, di mana barang-barang bekas dapat dimanfaatkan sebagai sumber daya untuk produk baru,” tegas Khofifah.

“Ini menciptakan dampak positif dengan menciptakan lapangan kerja yang ramah lingkungan, karena sumber daya terus dimanfaatkan dalam perekonomian, bukan hanya sekali dipakai dan dibuang,” tambahnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *