LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Kita ketahui bersama bahwa politik dinasti belakangan ini terus menjadi perbincangan hangat dikalangan masyarakat kita, khususnya di kabupaten Lamongan.
Praktik politik dinasti sepanjang era reformasi benar-benar menggejala,untuk kali kesekian publik khususnya warga Lamongan tua muda, ramai membahas soal politik calon bupati dan wakil bupati yang dijagokanya,mulai dari warung kaki lima,di cafe,Resto,rumah makan,dan kampus-kampus, semua rata disuguhi bahasan soal Pilkada(pilihan kepala daerah).
Berpolitik itu adalah hak warga negara dan dilindungi undang-undang, siapapun warga negara yang ingin menyalurkan hak politiknya negara mempersilahkanya,
Apa sich politik dinasti itu ?
Politik dinasti dapat diartikan sebagai sebuah kekuasaan politik yang dijalankan oleh sekelompok orang yang masih terkait dalam hubungan keluarga,dan orang terdekatnya.
Dinasti politik lebih indentik dengan kerajaan,sebab kekuasaan akan diwariskan secara turun temurun dari ayah kepada anak, agar kekuasaan akan tetap berada di lingkaran keluarga dan orang terdekatnya yang sewaktu-waktu bisa dikendalikanya.
Memang politik Dinasti itu mengutamakan keluarga,anak cucu,dan orang terdekatnya,dengan cara meregenerasi politiknya itu berdasarkan ikatan genealogis,
Dinasti politik hendaknya tetap mengedepankan etika dalam berdemokrasi,sebab urusan baik dan tidak itu tergantung dari sudut mana kita menilainya,Karena tidak ada yang sempurna di dunia ini,semua pasti ada kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Mengapa muncul dinasti politik ?
1. Sebab adanya keinginan dalam diri atau pun keluarga untuk memegang kekuasaan secara terus menerus,
2. Sebab adanya kelompok yang terorganisir karena kesepakatan dan kebersamaan dalam kelompok sehingga terbentuklah penguasa kelompok dan pengikut kelompok itu.
3. Sebab adanya Pembagian tugas antara kekuasaan politik dengan kekuasaan modal, sehingga mengakibatkan terjadinya korupsi berkelanjutan.
Politik Dinasti membuat orang yang seharusnya tidak kompeten dan gak layak jadi pemimpin, akhirnya jadi pemimpin dan memiliki kekuasaan, sebaliknya, orang yang seharusnya kompeten malah tidak terpakai, karena alasan bukan keluarganya,
Politik dinasti itu sengaja dibingkai dalam konteks demokrasi,dalam alam demokrasi prosedural, masyarakat seakan diberi peran,tapi fakta yang sebenarnya adalah hanya jadi boneka politik saja, sesudah terpilih mereka lupa dengan janji politiknya,lupa dengan yang memperjuangkanya, sebab mereka tidak komitmen dengan etika berdemokrasi.
Kira-kira siapa yang akan jadi Bupati dan Wakil Bupati Lamongan mendatang merurut ramalan politik ilmu jowo kuno warisan Mbah Syeh Subakir ?
Hasil riyadloh dan penerawangan ghaib,terlepas itu dinasti atau tidak, dari mana itu partai,dan siapa itu calonya,
Insyaallah yang jadi Bupati dan Wakilnya,adalah mereka yang punya pasangan NU dan Muhammadiyah, di singkat Muhammad-NU(maksudnya NU itu bangkit, sedang Muhammadya itu matahari yang bersinar),NU bertugas menyalakan listriknya,Muhammadiyah bertugas menjadi lampu penerangnya,siapa itu dia ? Tunggu tanggal mainya.