LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Dalam tradisi keagamaan Nahdlatul Ulama, tahlilan merupakan salah satu cara untuk mendoakan almarhum atau almarhumah, dilaksanakan setelah 3 hari, 7 hari, 40 hari, 100 hari, dan satu tahun (khaul). Di kalangan pesantren, acara khaul ini biasanya diadakan untuk memperingati wafatnya pendiri pesantren yang dilaksanakan setiap tahun. Begitu juga yang dilakukan oleh jajaran pengurus Pondok Pesantren Al Fatah Siman Lamongan pada Sabtu (13/7/2024), bertempat di Makam Umum empat Desa yakni Dusun Widang, Dusun Karang, Desa Bulu Tengger, dan Dusun Gampon.
Kegiatan ini diikuti oleh santri dari SMA Unggulan dan SMA 1 Siman, serta santri dari Desa Bulu Tengger dan dusun lainnya. Acara ini merupakan bentuk rasa hormat para santri terhadap KH Abdul Fatah, pendiri Ponpes Al Fatah Siman Sekaran Lamongan, Jawa Timur, dalam rangka peringatan haul ke-33.
Perwakilan perangkat Desa Karang, Imron, menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari tradisi yang sangat penting untuk dijaga.
“Khaul ini bukan hanya untuk mengenang jasa-jasa beliau, tetapi juga untuk mengajarkan generasi muda tentang pentingnya menghormati pendahulu,” ujarnya.
“Kami berharap melalui kegiatan ini, semangat persatuan dan kekeluargaan antarwarga semakin erat,” paparnya.
Agus juga menegaskan bahwa acara seperti ini sangat penting untuk membina karakter santri.
“Dengan mengikuti khaul, para santri belajar tentang keteladanan, kesederhanaan, dan pengabdian yang telah dicontohkan oleh pendiri pesantren,” tambahnya.
Kegiatan peringatan haul ini berjalan dengan khidmat, diisi dengan doa bersama dan pembacaan tahlil. Para santri dan warga yang hadir tampak sangat antusias mengikuti rangkaian acara.
“Kami bersyukur acara ini dapat berjalan dengan lancar dan penuh hikmah. Semoga almarhum KH Abdul Fatah senantiasa mendapatkan tempat terbaik di sisi-Nya,” tandas Imron.