Oleh : Dr. Lia Istifhama, M.E.I.
(Ketua III STAI Taruna Surabaya)
Bulan Ramadhan adalah bulan penuh rahmat yang menjadi penguat rangkaian ibadah di dalamnya. Kedatangannya menjadi keberkahan dan kepergiannya menjadi menjadi kerinduan. Menginjak tahun ke 1442 H saat ini, perjalanan bulan Ramadhan menyajikan begitu banyak peristiwa sejarah penuh hikmah bagi setiap kaum muslimin. Begitupun dalam 10 hari kedua, rangkaian peristiwa sejarah menjadi penting dipelajari, diantaranya wafatnya Sayyidah Khadijah dan Sayyidah ‘Aisyah, hingga peristiwa Nuzulul Qur’an.
11 Ramadhan: Kepergian Sayyidah Khadijah r.a, Sosok Istri Yang Mulia
Meskipun beberapa sumber menjelaskan bahwa Sayyidah Khadijah r.a, namun tidak sedikit sumber sejarah yang menyampaikan bahwa wafatnya sosok istri yang mulia tersebut, pada 11 Ramadhan, tepatnya tahun ke 10 setelah kenabian.
Dalam kitab Shahih Bukhari, dijelaskan hadis yang diriwayatkan oleh Aisyah, bahwa setelah Rasulullah SAW menerima wahyu yang dibawakan oleh malaikat Jibril di gua Hira’, Khadijah binti Khuwailid, sang istri Rasulullah-lah yang menenangkan nabi akhir zaman tersebut.
“Lalu Rasulullah Saw pulang dengan membaya ayat itu seraya goncang hati beliau, terus masuk pada Khadijah binti Khuwailid, lantas beliau bersabda: “Selimutilah saya, Selimutilah saya”. Maka mereka menyelimuti beliau sehingga keterkejutan beliau hilang. Beliau bersabda dan menceritakan itu kepada Khadijah: “Sungguh saya takut atas diriku”. Lalu Khadijah berkata: “Janganlah, demi Allah, Allah tidak menyusahkan engkau selamanya, karena engkau menyambung persaudaraan, menanggung beban, mengusahakan orang yang tidak punya, memuliakan tamu dan menolong penegak kebenaran.”
Hadis tersebut menjelaskan tentang mulianya Khadijah sebagai istri yang memberikan ketenangan tatkala sang suami mengalami goncangan hati. Dan semua sejarah juga mencatat bahwa Khadijah telah ikhlas mengorbankan harta untuk syiar islam, untuk mendampingi Rasulullah SAW mengajarkan segala kebaikan pada umatnya.
Kesetiaan dan ketulusan Sayyidah Khadijah sebagai seorang istri, menjadi cermin yang sangat penting bagi hubungan istri pada suami, termasuk saat ini. Besarnya cinta Khadijah juga dimiliki Rasulullah SAW hingga kepergiannya pada 11 Ramadhan (tahun kesepuluh setelah kenabian) yang bersamaan dengan tahun meninggalnya paman Rasulullah, menjadi tahun duka bagi Rasulullah SAW yang disebut Amul Huzni.
Diriwayatkan, ketika Khadijah sakit menjelang ajal, Beliau sempat berkata pada Rasululllah: “Aku memohon maaf kepadamu, Ya Rasulullah, kalau aku sebagai istrimu belum berbakti kepadamu.” Lalu, Rasulullah menjawab : “Jauh dari itu, ya, Khadijah. Engkau telah mendukung dakwah Islam sepenuhnya,” jawab Rasulullah.
Kemudian Khadijah memanggil Fathimah Azzahra dan berbisik: “Fathimah putriku, aku yakin ajalku segera tiba, yang kutakutkan adalah siksa kubur. Tolong mintakan kepada ayahmu, aku malu dan takut memintanya sendiri, agar beliau memberikan sorbannya yang biasa untuk menerima wahyu agar dijadikan kain kafanku.”
Mendengar itu, Rasulullah SAW berkata: “Wahai Khadijah, Allah menitipkan salam kepadamu dan telah dipersiapkan tempatmu di surga.” Begitu sabda Rasulullah Saw sebelum kedua mata Sayyidah Khadijah tertutup untuk selamanya.
12 Ramadhan: Mengambil Hikmah Hari Persaudaraan Anshar-Muhajirin
Pada 12 Ramadhan tahun pertama setelah hijrah, Rasulullah SAW mempersaudarakan para sahabatnya. Kaum Muhajirin Makkah dipersaudarakan dengan kaum Anshar di Madinah.
Dalam catatan sejarah, ada 90 orang yang dipersaudarakan antara kaum Anshor dan Muhajirin saat itu. Mereka pun memiliki ikatan erat dan saling menopang saat menghadapi peperangan melawan kaum kafir, diantaranya perang Khandaq.
Dalam kitab Shahih Bukhari, disebutkan hadis nomor …









