LAMONGAN, RadarBangsa.co.id – Paguyuban Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan mendapat kesempatan memeriahkan festival Sunan Lesbumi PWNU Jawa Timur tahun 2019.
Penampilan salah satu kelompok kesenian musik tradisi islami di Lamongan itu berlangsung setelah pembacaan syair berbahasa Madura oleh penyair Mahendra asal Sumenep.
Dihadapan puluhan peserta yang memadati lantai dua gedung PWNU. Para seniman Tanjidor menunjukkan kebolehannya. Dibuka dengan lagu alunan syair tradisional berbahasa Jawa berjudul Damar Muncar dan petikan syair dari kitab barzanji, yang dibawakan dengan merdu oleh Kholid, diiringi tetabuhan khas musik Tanjidor Lembor.
Terkait persiapan, kepada wartawan Radarbangsa. Suraji, ketua Paguyuban Tanjidor Lembor-Brondong-Lamongan menuturkan “Setelah dapat kabar dari Pak Kades, kami kumpul di rumah beliau. Musyawarah lalu merundingkan waktu latihan. 2 jam sebelum berangkat ke Surabaya, kami masih latihan” ujarnya pada Minggu (29/12)
Penampilan Suraji beserta ebanyak 15 seniman Tanjidor Lembor-Brondong, yang kompak mengenakan baju jarik, bercelana dan kopyah hitam, terhitung menuai kesuksesan. Terbukti dengan antusias penonton yang khusuk menyimak sepanjang penampilan berlangsung.
Satu hal yang menarik dari pertunjukan tersebut adalah lantunan lagu berbahasa Jawa berjudul Damar Muncar. Kholid sang vokalis menjelaskan maksudnya
“Lagu damar muncar, kira-kira menceritakan sosok santri yang menuntut ilmu ke langgar kepada sosok kyai. Diharapkan setelah belajar bisa menjadi damar. Damar sama seperti lampu”
Keberangkatan para seniman juga ditemani kepala Desa Lembor M.Naim, dia mengungkapkan bahwa seniman Tanjidor desa yang dipimpinnya bisa menampilkan yang lebih hebat lagi. Terutama aksi tarung antar pesilat. “Ya, Itu bisa diperpanjang, lebih seru dan bisa lebih menegangkan “.
Senyampang pernyataan M.Naim, sepanjang pertunjukan, setelah dua pesilat dari perguruan Pagar Nusa NU menunjukkan aksinya, sebagian besar penonton tidak bisa menahan diri untuk berdiri, merekam atau sekedar bertepuk tangan. Suasana makin meriah setelah aksi silat kembangan dan tarung diperagakan langsung oleh pemain tanjidor yang telah berusia di atas 50 tahun.
Menanggapi penampilan Tanjidor malam itu. Ki Nonot Sukrasmono, ketua Lesbumi PWNU Jatim, secara langsung mengucapkan terimakasih atas kemeriahan yang diberikan para seniman.
“Kalau saya ke makam sunan Drajat atau ke Lamongan, akan saya sempatkan berkunjung ke Lembor” tekadnya
Sebelum rombongan seniman tanjidor kembali ke Lamongan. M.Naim menghadiahkan 2 buku Alun Alur Tanjidor desa Lembor Brondong Lamongan (1952-2019). Buku sejarah Tanjidor Lembor yang ditulis Roudlotul Immaroh dan A.H.J Khuzaini. Msing-masing buku diserahkan kepada dua pengurus Lesbumi PWNU Jatim.
Festival Sunan Lesbumi PWNU Jatim tahun 2019 ini berlangsung selama 3 hari. Mulai tanggal 28-30 Desember 2019. Selain penampilan musik tradisi, kegiatan yang mengambil tema “Sambung Rasa Ngrumat Budaya” itu menyediakan ruang pameran seni rupa dan keris serta diskusi sastra. (JK)