BANYUWANGI, RadarBangsa.co.id – Warga Desa Gintangan, Kecamatan Blimbingsari, dihebohkan dengan dugaan teror senjata tajam (Sajam) jenis belati. Kali ini korbannya adalah Nastain (46), warga Dusun Krajan.
Berawal, korban sedang beradu mulut dengan pelaku sambil mengeluarkan sembilah sajam itu. Bahkan, dalam video itu juga ada pria berambut gondrong dengan memakai sarung.
Pada detik-detik video tersebut usai. Suasana semakin tegang. Bahkan, suara gadis cilik menjerit menyebut sang ayah tercinta.
“Bapak…Bapak…,” ucap suara itu sambil menangis.
Nastain menjelaskan, aksi teror tersebut dilakukan pelaku sebanyak dua kali dalam sehari. Pertama, sekitar jam 12.30 WIB, pada Senin (13/01/2020) di depan rumah korban. Saat itu, Nastain hendak menjemput putrinya pulang sekolah.
Pelaku yang berjumlah dua orang itu adalah Y dan H, saat melakukan aksi teror kedua warga Desa Gintangan itu diduga dalam kondisi terpengaruh minuman keras (miras).
“Y dan H tiba-tiba datang ke rumah dalam kondisi mabuk. Kemudian Y menawarkan tawon dan minta uang Rp 50 ribu. Lalu saya jawab tidak punya uang,” ujar Nastain, pada Selasa (14/1/2020).
Y kemudian marah-marah dan memintanya untuk memukul dirinya. Ia juga menyebut, Y sempat mengangkat kursi dan membanting asbak (tempat rokok)
“Pelaku sempat menyinggung soal pergantian kepala dusun. Dan saya dikira membantu Kepala Dusun yang akan dicopot oleh Kepala Desa Gintangan yang baru,” jelasnya.
Aksi teror kedua dihari yang sama terjadi sekitar jam sekitar jam 17.00 WIB, pelaku Y kembali mendatangi rumah Nastain bersama temannya J. Kali ini Y membawa senjata tajam itu.
Nastain, seorang matan Sekretaris Desa (Sekdes) ini selanjutnya melaporkannya ke Mapolsek Rogojampi. Pihaknya berharap agar kejadian itu tidak terulang kembali kepadanya. Mengingat, atas peristiwa ini, keluarganya trauma/shock.
Sementara itu, Kepala Desa, Hardiyono membenarkan atas permasalahan yang menimpah warganya tersebut.
Hardiyono menganggap kasus ini, menurutnya biasa saja.
Beliau berharap agar kedua belah pihak agar diselesaikan secara kekeluargaan, dan berharap tidak pengaruh terhadap warga yang lainnya, ” harap Hardiyono. (Hari)