SURABAYA, RadarBangsa.co.id — Pemerintah Inggris memberikan dukungan strategis bagi transformasi transportasi publik di Jawa Timur, khususnya pengembangan sistem angkutan massal berbasis rel di wilayah Metropolitan Surabaya. Dukungan ini diwujudkan dalam bentuk hibah studi kelayakan yang diserahkan kepada Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan RI.
Studi yang dikerjakan dua konsultan Inggris, Mott MacDonald dan PricewaterhouseCoopers (PwC), memetakan potensi, tantangan, serta rekomendasi pengembangan transportasi rel perkotaan. Laporan hasil kajian tersebut diserahkan oleh His Majesty’s Trade Commissioner (HMTC) untuk Asia Pasifik, Martin Kent, kepada Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Kemenhub RI, Arif Anwar, di Gedung Negara Grahadi, Surabaya, Kamis (14/8).
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menyampaikan apresiasinya. Ia menilai studi ini menjadi modal penting untuk menyiapkan proyek transportasi massal yang terintegrasi dan berkelanjutan.
“Kami berterima kasih atas dukungan Pemerintah Inggris kepada Indonesia dan Jawa Timur. Studi kelayakan ini akan menjadi rekomendasi strategis untuk meningkatkan efektivitas layanan transportasi publik,” ujar Khofifah.
Khofifah juga mengaku terinspirasi oleh keberhasilan Transport for London (TfL) dalam mengelola sistem kereta api di Inggris, termasuk menyesuaikannya dengan kawasan bersejarah.
“Saya tidak bisa membayangkan betapa sulitnya membangun jalur kereta di area gedung berusia ratusan tahun, tetapi TfL mampu menemukan solusi yang aman dan nyaman,” katanya.
Tingginya pergerakan warga di kawasan GKS+ menjadi alasan utama pentingnya proyek ini. Data menunjukkan mobilitas di wilayah tersebut mencapai 10,55 juta perjalanan per hari, dengan 49 persen di antaranya merupakan perjalanan komuter ke dan dari Surabaya.
Menurut Khofifah, hasil studi ini selaras dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2025–2029 dan program Jatim Akses.
> “Kesiapan dari tahap perencanaan yang terintegrasi akan menentukan keberhasilan implementasi transportasi massal,” ujarnya.
Selain membahas transportasi, pertemuan ini juga menjadi ajang memperkuat kerja sama bilateral Jawa Timur–Inggris di bidang pendidikan dan kesehatan. Khofifah mengungkapkan, setelah King’s College London hadir di KEK Singhasari, dua universitas Inggris lain, Queen Mary University of London dan University of Liverpool, tengah menjajaki peluang kolaborasi.
Ia juga meminta dukungan untuk menghadirkan native speaker asal Inggris ke sekolah berasrama di SMA Taruna. Kerja sama di bidang kesehatan pun dibicarakan, termasuk kemungkinan kolaborasi antara rumah sakit di Jawa Timur dengan institusi medis Inggris.
Martin Kent menegaskan, dukungan studi ini merupakan bagian dari komitmen Inggris terhadap agenda transisi rendah karbon dan pembangunan transportasi berkelanjutan di Indonesia.
“Ini bukti nyata kerja sama kami untuk memitigasi dampak perubahan iklim sekaligus meningkatkan akses transportasi bersih, andal, dan terjangkau,” kata Kent.
Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api, Arif Anwar, memastikan pemerintah pusat siap menindaklanjuti hasil studi tersebut.
“Kami akan melakukan pendetailan sesuai arahan Gubernur Jawa Timur, dengan dukungan pemerintah daerah yang lebih memahami kondisi lalu lintas dan infrastruktur setempat,” ujarnya.
Dengan dukungan internasional ini, proyek transportasi rel perkotaan di Surabaya diharapkan dapat menjadi model pengembangan transportasi massal modern di Indonesia, yang tidak hanya memecahkan persoalan kemacetan, tetapi juga ramah lingkungan dan mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin