KEDIRI, RadarBangsa.co.id – Khusnul Arif, S.Sos, pegiat seni dan budaya yang akan dilantik menjadi Anggota DPRD Provinsi Jawa Timur, mementaskan kesenian wayang kulit semalam suntuk permintaan warga masyarakat Desa Wonojoyo, Kecamatan Gurah, Kabupaten Kediri, Jum’at malam, 30 Agustus 2024.
Pagelaran wayang ini dihadiri oleh perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Kediri, Ketua DK4 (Dewan Kesenian dan Kebudayaan Kabupaten Kediri), Gus Imam Mubarok, Danramil 12/Gurah, Kapten Chb. Mulyono, Kapolsek Gurah, Iptu Erko Yuwono, Camat Gurah, Moch. Imron, S.Sos., MM, bersama kepala desa se Kecamatan Gurah, dan perwakilan Kades Kecamatan Ngasem, dan lain sebagainya.
Dikonfirmasi di sela pagelaran wayang kulit, Khusnul Arif, S.Sos mengatakan, pagelaran wayang kulit ini merupakan bagian dari serap aspirasi masyarakat dan dilaksanakan dalam bentuk Pokir (Pokok pokok Pikiran) semasa menjabat sebagai Anggota DPRD Kabupaten Kediri periode 2019-2024.
“Ini salah satu upaya untuk nguri-uri budaya melalui rangkaian Pokir Anggota DPRD Kabupaten Kediri. Karena keterbatasan waktu, sehingga implementasinya baru dapat dilaksanakan sekarang,” katanya.
Anggota dewan dari Partai NasDem ini juga berharap, selain untuk Peringatan Hari Besar Nasional (PHBN) di bulan Agustus, pagelaran wayang kulit ini juga diharapkan untuk memberdayakan para seniman di Kabupaten Kediri supaya tetap eksis dalam melestarikan kesenian dan kebudayaan.
“Saya berharap, kesenian di Kabupaten Kediri ini bisa menjadi tuan rumah di daerahnya sendiri, bukan hanya dengan saja, tetapi juga bagaimana generasi muda bisa menjadi penerus dalam mengenalkan berbagai kebudayaan,” harapnya.
Lebih lanjut Khusnul Arif menambahkan, bahwa pada penyaluran Pokir ini sengaja menghadirkan dalang kondang Ki Gilang Bima Nugraha, dan Asri, Sinden sekaligus Dalang Perempuan, serta artis Youtube yang sedang naik daun, yaitu Mintul, yang merupakan asli putra putri Kabupaten Kediri.
“Ki Gilang Bima Nugraha dan Mbak Asri, adalah dalang yang asli Kabupaten Kediri, juga ada Mbak Mintul yang asli warga Gurah, sehingga yang tampil juga benar-benar dari Kediri,” jelasnya.
Menurutnya, pagelaran wayang kulit dengan lakon Jejere Parikesit ini bukan hanya sebuah hiburan semata, tetapi juga tuntunan dari kisah perjalanan hidup Ratu Parikesit, yaitu raja muda di Hastinapura yang penuh rintangan dan pengalaman berharga.
Parikesit yang semasa dalam kandungan Ibundanya Dewi Utari ditinggal gugur ayahandanya, Abimanyu dalam Perang Bharatayudha ini setelah remaja akhirnya diserahi tahta Hastinapura oleh Raja tertua Pandawa, yaitu Yudistira.
Karena merasa bimbang untuk menerima tanggungjawab besar tersebut, kemudian Parikesit mengembara dan menimba ilmu ke para resi tentang stategi kepemimpinan, hukum, tata negara, dan pengendalian diri, serta ilmu kanuragan.