KOTA BATU, RadarBangsa.co.id — Di tengah rindangnya hutan pinus di kaki Gunung Panderman dan Gunung Butak, masyarakat Desa Oro-Oro Ombo, Kota Batu, Jawa Timur, menggelar prosesi selamatan sumber mata air pada Kamis, (24/4/2025). Acara ini menjadi bentuk penghormatan terhadap anugerah alam berupa air, sekaligus ajakan bersama untuk menjaga kelestariannya demi keberlanjutan kehidupan.
Ritual tahunan bertajuk “Ngupokoro Tirto Bawono, Nylameti Nylametno Banyu”, yang berarti merawat, memelihara, dan menyelamatkan air bagi semesta, diselenggarakan oleh Lembaga Adat Setiya Tuhu Manunggal Jati (LASTMJ) dan melibatkan warga sekitar, dengan dukungan dari pemerintah daerah.
Kegiatan berlangsung khidmat dan sarat makna. Warga duduk bersila di atas alas daun pisang, memanjatkan doa dan harapan agar mata air tetap mengalir dan memberi kehidupan bagi generasi mendatang. Hadir dalam acara tersebut Wakil Wali Kota Batu H. Heli Suyanto, SH, MH, Pelaksana Tugas Direktur Utama PDAM Batu Ikhwan Hadi, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, sejumlah pejabat dari OPD, serta tokoh masyarakat setempat.
Prosesi selamatan dilangsungkan di kawasan yang menjadi hulu dari dua air terjun utama di Kota Batu, yakni Coban Rais dan Coban Putri. Kedua air terjun tersebut selama ini menjadi tumpuan penghidupan masyarakat serta daya tarik wisata yang penting bagi daerah.
Ketua LASTMJ, Sukirman, dan jajaran pengurus turut memimpin jalannya prosesi. Dalam sambutannya, tokoh adat Kariyanto mengingatkan pentingnya menjaga sumber daya air sebagai kebutuhan dasar manusia.
“Air itu ibarat nyawa. Ketika nyawa pergi, kehidupan pun perlahan ikut hilang. Demikian juga jika sumber air mati, maka kehidupan akan terancam,” ujar Kariyanto.
Ia menambahkan bahwa selamatan ini bukan hanya ritual budaya, melainkan juga bentuk edukasi agar masyarakat lebih peduli terhadap ekosistem dan lingkungan. Terlebih, beberapa tahun terakhir, debit air di wilayah Kota Batu menunjukkan penurunan yang cukup signifikan.
Plt Dirut PDAM Batu, Ikhwan Hadi, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif lembaga adat dalam menjaga keberlangsungan mata air. Ia menilai, sinergi antara masyarakat adat, pemerintah, dan perusahaan daerah sangat penting untuk menjamin ketersediaan air di masa depan.
“Selamatan ini bukan hanya simbol, tetapi juga cerminan kesadaran bersama bahwa sumber air adalah milik bersama dan harus dijaga bersama pula,” katanya.
Pemerintah Desa Oro-Oro Ombo, melalui Kepala Desa Wiweko, turut menyampaikan dukungan penuh terhadap pelaksanaan kegiatan tahunan ini. Ia menegaskan pentingnya melibatkan generasi muda dalam pelestarian lingkungan.
“Kami ingin anak cucu kelak tetap bisa menikmati air bersih seperti sekarang. Dan itu hanya mungkin jika kita rawat sejak hari ini, melalui doa, kesadaran, dan tindakan nyata,” ucap Wiweko.
Di tengah tantangan perubahan iklim, alih fungsi lahan, dan eksploitasi lingkungan, kegiatan seperti selamatan sumber mata air menjadi semakin relevan. Tradisi ini bukan hanya memperkuat ikatan spiritual masyarakat terhadap alam, tetapi juga menjadi pengingat tentang pentingnya hidup selaras dengan lingkungan.
Selamatan sumber air di kaki Gunung Panderman bukan sekadar seremoni. Ia adalah bentuk nyata komitmen warga terhadap keberlanjutan. Dalam kebersamaan yang sederhana dan penuh doa, masyarakat Kota Batu menyampaikan pesan kuat bahwa menjaga air adalah menjaga masa depan.
Penulis : Heru Iswanto
Editor : Zainul Arifin