PROBOLINGGO, RadarBangsa.co.id – Polres Probolinggo Kota memfasilitasi pertemuan antara perwakilan jurnalis dan mahasiswa, Selasa (2/9/2025), guna meredakan ketegangan pasca insiden saat aksi orasi mahasiswa. Forum mediasi berlangsung dalam suasana terbuka, diwarnai dialog hangat, dan diakhiri dengan pernyataan maaf dari pihak mahasiswa kepada insan pers.
Huda, jurnalis Memo X, menilai kesalahpahaman yang terjadi sebaiknya disikapi dengan kepala dingin. Menurutnya, proses dialog telah berjalan dengan baik sehingga tidak ada lagi alasan memperpanjang masalah.
“Ini sudah sesuai dengan cara kelembagaan. Kemarin sudah ada dialog, saling memaafkan, dan tidak ada masalah lagi. Mari kita jaga situasi Kota Probolinggo agar tetap aman, karena kita ada di garda terdepan,” ujarnya.
Kasat Reskrim Polres Probolinggo Kota, Iptu Zaenal Arifin, SH, mengapresiasi kedewasaan para jurnalis dalam menyikapi persoalan tersebut. Ia menegaskan bahwa kepolisian selalu siap memfasilitasi mediasi serupa demi menjaga kondusivitas.
“Kalau ada kekhilafan lalu sudah ada permintaan maaf, itu adalah sikap yang terpuji. Persoalan ini sudah dianggap selesai. Mari kita bersama-sama menjaga situasi tetap aman, agar masyarakat bisa beraktivitas dengan nyaman,” katanya.
Sejumlah organisasi pers juga menyampaikan pandangan. Ketua AWPR, Hariadi, menegaskan pentingnya menjadikan insiden ini sebagai pelajaran bersama.
“Kalau sudah ada permintaan maaf, tolong jangan diulang-ulang lagi. Mari kita jadikan ini pembelajaran agar ke depan tidak ada lagi kata-kata yang melukai,” ucapnya.
Senada, Ketua F Wamipro, M. Suhri, mengingatkan agar mahasiswa diperlakukan sebagai generasi penerus yang butuh bimbingan.
“Kita anggap mereka sebagai anak-anak kita. Kalau ada ucapan yang kurang etis, mari kita bimbing. Jurnalis adalah pilar keempat demokrasi, jadi kita harus menjaga martabat profesi ini,” ujarnya.
Sementara itu, Agusmo dari Media Suara Bhinneka menyoroti kurangnya pemahaman mahasiswa dalam membedakan media sosial dengan media mainstream. “Mereka mencampuradukkan media sosial dengan media. Padahal kita bekerja dengan kode etik. Untung mereka sudah menyadari kesalahan itu dan meminta maaf,” jelasnya.
Rahmat dari Media Suara Jatim menambahkan bahwa kejadian ini perlu menjadi momentum literasi digital.
“Ketidaktahuan mahasiswa soal literasi media membuat mereka terbawa emosi. Ini PR kita bersama untuk mengedukasi, agar media sosial tidak jadi ancaman bagi masyarakat,” ungkapnya.
Puncak forum berlangsung ketika Azzam, koordinator aksi mahasiswa, menyampaikan pernyataan maaf secara terbuka.
“Saya mewakili teman-teman mahasiswa menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada seluruh jurnalis Probolinggo Raya. Ke depan kami berjanji akan lebih hati-hati, dan mohon bimbingan dari abang-abang media agar perjuangan kami tidak salah arah,” katanya.
Penulis : Nanang
Editor : Zainul Arifin