JAKARTA, RadarBangsa.co.id – Kabar mengenai adanya pemutusan hubungan kerja (PHK) massal di PT Gudang Garam Tbk (GGRM), salah satu produsen rokok terbesar di Indonesia, tengah menjadi sorotan. Isu ini tidak hanya menimbulkan kekhawatiran di kalangan buruh, tetapi juga memicu keresahan investor karena beriringan dengan penurunan kinerja keuangan perusahaan.
Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal mengungkapkan bahwa pihaknya tengah menelusuri kabar tersebut. Menurut dia, PHK di Gudang Garam dapat menimbulkan dampak luas terhadap tenaga kerja di sektor terkait.
“Saya baru dapat info dari anggota KSPI, sedang dicek ulang,” kata Said Iqbal saat dikonfirmasi, Sabtu (6/9/2025).
Ia menilai, bila PHK benar terjadi, hal itu mencerminkan daya beli masyarakat yang masih lemah sehingga menekan produksi rokok. Kondisi tersebut diperparah dengan keterbatasan pasokan tembakau serta kurangnya inovasi produk.
“Gudang Garam dalam produk rokoknya kurang mengikuti tren zaman sehingga daya saing melemah. Ditambah lagi pajak dan cukai rokok makin mahal,” ujarnya.
Iqbal juga memperingatkan potensi efek domino dari PHK massal ini. Menurutnya, bukan hanya ribuan buruh pabrik yang terdampak, melainkan juga pekerja di sektor logistik, transportasi, hingga pedagang kecil di sekitar kawasan industri.
“Ribuan buruh Gudang Garam ter-PHK, dan puluhan ribu buruh lain juga akan terdampak, termasuk buruh tembakau, supir, pedagang kecil, hingga pemilik kontrakan,” tambahnya.
Di sisi lain, laporan keuangan GGRM menunjukkan tren penurunan signifikan. Hingga semester I 2025, perusahaan mencatat laba Rp117,1 miliar, anjlok 87,3% dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp925,5 miliar.
Penurunan ini terjadi seiring turunnya pendapatan menjadi Rp44,3 triliun atau merosot 11,4% dari Rp50,01 triliun pada Juni 2024. Laba usaha juga susut menjadi Rp513,7 miliar dari Rp1,6 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Selain itu, total aset perusahaan ikut tergerus menjadi Rp79,8 triliun dari posisi Rp84,9 triliun di akhir 2024.
Dampak pelemahan kinerja juga terlihat pada pergerakan saham GGRM di Bursa Efek Indonesia (BEI). Pada perdagangan terakhir, saham Gudang Garam turun 3,24% ke level Rp8.950 per lembar. Kapitalisasi pasar perusahaan kini tinggal Rp17,22 triliun.
Sejak awal tahun, saham GGRM telah terkoreksi 32%. Dalam setahun terakhir turun 43%, tiga tahun anjlok 66%, dan dalam lima tahun terakhir tergerus hingga 82%. Padahal, pada puncaknya pada 4 Maret 2019, harga saham GGRM sempat menyentuh Rp100.975 per lembar. Kini, nilainya telah jatuh lebih dari 91%.
Menghadapi situasi ini, KSPI meminta pemerintah turun tangan agar dampak PHK massal tidak semakin meluas. Iqbal menekankan pentingnya langkah nyata, bukan sekadar retorika.
“Pemerintah pusat dan daerah harus turun tangan, tapi jangan seperti kasus PHK Sritex yang hanya janji manis. THR saja waktu itu tidak dibayar,” tegasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin









