SIDOARJO, RadarBangsa.co.id – Senator DPD RI asal Jawa Timur, Dr. Lia Istifhama, menegaskan pentingnya kolaborasi dan nilai sosial dalam memperkuat daya tahan ekonomi lokal. Melalui acara Grand Opening Resto UMKM HKTI Sidoarjo, ia menyerukan agar pelaku usaha kecil tak hanya fokus pada keuntungan, tetapi juga pada keberlanjutan dan manfaat sosial bagi masyarakat.
Suasana hangat menyelimuti acara Grand Opening Resto UMKM HKTI Sidoarjo di Hotel Delta Sinar Mayang, Rabu (5/11/2025). Ratusan pelaku usaha kecil menengah tampak antusias menyambut kehadiran Dr. Lia Istifhama, M.E.I., yang dikenal luas sebagai senator perempuan dengan perhatian kuat terhadap pemberdayaan ekonomi berbasis masyarakat. Dalam sambutannya, Lia menekankan bahwa kebersamaan, gotong royong, dan rasa saling percaya adalah kunci membangun ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan.
Menurutnya, di tengah dinamika ekonomi modern yang sarat kompetisi, UMKM perlu memperkuat jejaring sosial sebagai bentuk ketahanan. “Tidak ada yang bisa berdiri sendiri dalam dunia usaha. Kolaborasi, rasa percaya, dan solidaritas adalah fondasi ekonomi rakyat yang sesungguhnya,” ujar Lia di hadapan para pelaku UMKM.
Ia menilai bahwa keberhasilan sebuah usaha kecil tidak semata-mata ditentukan oleh modal atau keuntungan, melainkan oleh nilai sosial yang tumbuh di sekitarnya. Dalam pandangannya, bisnis yang memiliki nilai kemanusiaan dan kedekatan emosional dengan masyarakat akan bertahan lebih lama daripada usaha yang hanya berorientasi pada profit.
“Benefit sosial itu penting. Masyarakat harus merasa dekat dan memiliki usaha kita. Ketika ada keterikatan emosional, mereka akan mendukung, membeli, dan mempromosikan produk kita tanpa diminta,” jelas Lia. Ia mencontohkan banyak usaha lokal yang berkembang karena memiliki ikatan kuat dengan komunitasnya, bukan karena strategi pemasaran besar-besaran.
Dalam kesempatan itu, Lia juga memperkenalkan konsep imediasi— yakni proses komunikasi sosial yang membangun penerimaan dan partisipasi masyarakat terhadap manfaat ekonomi yang dihasilkan oleh pelaku usaha atau pemerintah. Menurutnya, konsep ini penting untuk memastikan bahwa ekonomi lokal tumbuh dengan melibatkan semua pihak, bukan hanya menguntungkan sebagian kecil pelaku.
Lebih jauh, Lia mendorong UMKM di Sidoarjo untuk menemukan jati diri produknya masing-masing. Ia menekankan pentingnya keunikan dan identitas lokal sebagai pembeda di tengah pasar yang semakin kompetitif. “Setiap produk punya cerita. Ketika kita bisa mengemas keunikan itu dengan baik, pasar akan datang dengan sendirinya. Identitas lokal adalah kekuatan besar,” tuturnya.
Senator yang akrab disapa Ning Lia ini juga mengingatkan bahwa UMKM tidak boleh berhenti berinovasi. Ia mendorong pelaku usaha agar memanfaatkan teknologi digital untuk memperluas pasar sekaligus memperkuat interaksi dengan pelanggan.
“Era digital membuka peluang besar. Tapi ingat, jangan kehilangan sentuhan sosial di dalamnya. Relasi antarmanusia tetap menjadi fondasi bisnis yang sehat,” katanya.
Selain memberikan motivasi, Lia juga mengapresiasi langkah UMKM HKTI Sidoarjo yang menjadikan restoran ini bukan sekadar tempat usaha, tetapi juga ruang silaturahmi dan kolaborasi antar pelaku ekonomi rakyat. Ia berharap Resto UMKM HKTI dapat menjadi model bagi daerah lain dalam mengembangkan ekosistem bisnis yang berakar pada nilai kebersamaan.
Acara yang juga dihadiri oleh Ketua UMKM HKTI Sidoarjo Endang Prasetiyowati, tokoh masyarakat, dan anak-anak yatim penerima santunan itu berlangsung penuh kehangatan. Para pelaku UMKM tampak saling bertukar pengalaman, berbagi ide, dan menjajaki kerja sama baru. Momen ini menjadi bukti nyata bahwa ekonomi kerakyatan bisa tumbuh dari semangat gotong royong, bukan sekadar dari modal besar.
Menutup sambutannya, Lia Istifhama menegaskan bahwa kekuatan ekonomi Jawa Timur terletak pada karakter masyarakatnya yang ulet, terbuka, dan berjiwa sosial.
“Saya berharap Resto UMKM HKTI Sidoarjo bukan hanya tempat makan, tetapi simbol dari semangat ekonomi berbagi. Ketika ekonomi dibangun dengan hati, maka keberkahan akan mengikuti,” pungkasnya.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin










