MALANG, RadarBangsa.co.id – Wakil Bupati Malang, Dra. Hj. Lathifah Shohib, secara resmi membuka Pasar Rakyat Terongdowo Tempo Doeloe yang digelar di Dusun Terongdowo, Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis, pada Kamis (5/9) petang. Acara yang menampilkan suasana khas tempo dulu ini berlangsung meriah dengan dihadiri Camat Pakis, jajaran Forkopimcam, perangkat desa, tokoh masyarakat, serta ratusan warga yang antusias menyaksikan.
Dalam sambutannya, Wabup Lathifah menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang telah mendukung terselenggaranya kegiatan tersebut.
“Atas nama Pemerintah Kabupaten Malang, saya menyampaikan terima kasih dan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada Pemerintah Desa Tirtomoyo, Kecamatan Pakis, serta seluruh elemen masyarakat yang berpartisipasi aktif menyukseskan acara ini,” ucapnya.
Menurutnya, Pasar Rakyat bukan hanya wadah transaksi ekonomi, melainkan juga ruang sosial yang memperkuat jalinan persaudaraan antarwarga.
“Saya berharap event ini mampu meningkatkan perekonomian masyarakat lokal sekaligus memberikan peluang yang lebih luas bagi para pelaku UMKM untuk berkembang dan berinovasi,” ungkapnya.
Kegiatan ini mengusung konsep “Tempo Doeloe”, menampilkan suasana pasar tradisional dengan nuansa jadul, termasuk kuliner khas dan kerajinan lokal. Lathifah menilai, tema tersebut memiliki makna penting karena mengajak masyarakat untuk tidak melupakan warisan budaya leluhur.
“Tradisi dan nilai-nilai luhur yang kita warisi dapat menjadi inspirasi dalam membangun masa depan yang lebih baik, penuh semangat kebersamaan, dan berkelanjutan,” tambahnya.
Selain itu, Wabup juga mendorong agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan secara rutin, sehingga menjadi agenda tahunan yang mampu menarik perhatian lebih luas, termasuk wisatawan dari luar daerah.
“Kalau kita konsisten menggelar acara seperti ini, saya yakin Desa Tirtomoyo akan semakin dikenal, tidak hanya di Kabupaten Malang, tetapi juga bisa menarik perhatian wisatawan dari berbagai daerah,” ujarnya.
Pasar Rakyat Terongdowo sendiri dirancang sebagai ruang interaksi antara pedagang, pengunjung, dan pelaku seni budaya. Dengan menampilkan ciri khas lokal, kegiatan ini diharapkan dapat menjadi magnet ekonomi sekaligus destinasi wisata berbasis budaya.
“Inilah wujud kemandirian desa, di mana masyarakat mampu menggali potensi dan mengolahnya menjadi daya tarik yang bermanfaat bagi semua,” pungkas Lathifah.
Penulis : Nul
Editor : Zainul Arifin









